Gaes !!! Mathurine de Vallois: Jester Wanita yang Menjadi Ikon di Istana Prancis
Share

SUARAGONG.COM – Pada abad ke-16 dan 17, jester atau pelawak istana merupakan sosok penting yang tidak hanya menghibur tetapi juga sering menyampaikan kritik sosial secara tersirat. Di antara nama-nama terkenal dalam sejarah jester, Mathurine de Vallois, yang juga dikenal sebagai Mathurine la Folle atau “Mathurine si Gila”, menonjol sebagai salah satu jester wanita paling berpengaruh di Prancis. Dengan kostum eksentrik ala prajurit Amazon dan kecerdasan tajamnya, Mathurine tak hanya menghibur. Tetapi juga memainkan peran yang tak terduga dalam istana tiga raja Prancis berturut-turut: Henry III, Henry IV, dan Louis XIII.
Siapa Mathurine de Vallois?
Mathurine de Vallois tercatat dalam dokumen istana sebagai “Plaisante”, sebuah gelar yang digunakan untuk jester wanita di istana Prancis pada abad ke-16. Meski profesi jester sering diasosiasikan dengan laki-laki, ternyata terdapat sejumlah jester wanita di Prancis saat itu. Mathurine adalah salah satu yang paling terkenal di antara mereka, bahkan mengalahkan popularitas sejawatnya. Seperti Mademoiselle Sevin yang mengabdi kepada ratu Navarre. Ia bukan jester bagi satu orang tertentu, melainkan pelawak untuk seluruh istana, yang menjadikannya dikenal luas oleh para bangsawan.
Mathurine mulai berkarier di istana Raja Henry III. Setelah kematian Henry III, ia melanjutkan perannya di bawah kekuasaan Henry IV, dan akhirnya di masa Louis XIII. Bakat dan karakternya yang unik membuatnya tetap dihormati dan dipertahankan di setiap pemerintahan yang ia layani.
Kostum Unik ala Prajurit Amazon
Salah satu ciri khas Mathurine adalah gaya berpakaiannya yang mencolok. Berbeda dengan jester pria yang biasanya mengenakan pakaian penuh warna dan topi dengan lonceng, Mathurine justru tampil dengan kostum prajurit Amazon. Dia mengenakan pelindung tubuh, membawa tameng, dan pedang kayu. Penampilannya yang dramatis ini tidak hanya menjadi ciri khasnya. Tetapi juga melambangkan kekuatan dan keberanian, dua kualitas yang jarang dikaitkan dengan perempuan di masa itu.
Selain menjadi daya tarik visual, kostum tersebut mungkin memiliki arti simbolis. Mungkin saja Mathurine berusaha menyampaikan pesan bahwa perempuan juga bisa kuat dan mandiri. Keberaniannya tampil dengan pakaian seperti itu, terutama di lingkungan istana yang sarat dengan protokol, menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang berani melawan norma.
Baca juga: Mbappe Banjir Kritikan Setelah Absen Bela Timnas Prancis
Kecerdasan Tajam dan Kata-Kata Menggigit
Seperti jester pada umumnya, tugas Mathurine adalah menghibur dan mengomentari kehidupan istana. Namun, perannya lebih dari sekadar pelawak. Ia dikenal memiliki kecerdasan luar biasa dan lidah yang tajam. Banyak anekdot terkenal yang menunjukkan kepiawaiannya dalam merespon situasi dengan cepat dan tepat.
Salah satu kisahnya yang terkenal adalah ketika seorang lady-in-waiting (pelayan wanita) mengeluh tentang tidak suka duduk di samping seorang pelawak. Tanpa ragu, Mathurine langsung berpindah ke sisi lain wanita tersebut dan berkata, “Aku sama sekali tidak keberatan duduk di samping seorang bodoh.” Jawaban ini tidak hanya menunjukkan kecerdasan Mathurine dalam menanggapi hinaan, tetapi juga kemampuannya untuk menegur tanpa menimbulkan konflik besar.
Peran Mathurine dalam Kritik Sosial
Selain menjadi sumber hiburan, Mathurine juga dikenal sebagai sosok yang menyampaikan kritik sosial secara halus melalui humor. Di era di mana kebebasan berbicara sangat terbatas, jester seperti Mathurine memainkan peran penting dalam menyuarakan pandangan atau kritik terhadap isu-isu sosial dan politik yang ada. Mereka sering mengangkat realitas masyarakat dan menyindir para bangsawan, bahkan raja, dengan cara yang aman dan humoris. Tawa adalah cara Mathurine melayangkan kritik tanpa menimbulkan amarah.
Dalam tulisannya, Les Essais de Mathurine, Mathurine memperlihatkan sisi aktivis dan intelektualnya. Buku ini memuat refleksi dan komentar sosialnya, menunjukkan bahwa di balik gelarnya sebagai jester, dia juga memiliki pandangan yang tajam tentang kehidupan di Prancis. Karya ini memberikan wawasan tentang betapa pentingnya peran seorang pelawak istana dalam mengamati dan mengomentari kehidupan sehari-hari kaum bangsawan.
Mathurine dan Tiga Raja Prancis
Di bawah pemerintahan Henry III, Henry IV, dan Louis XIII, Mathurine menjadi saksi perubahan besar dalam politik dan budaya Prancis. Ketiga raja tersebut menghadapi tantangan dan konflik yang berbeda, namun Mathurine tetap menjadi bagian penting dari istana. Ketika Henry IV menggantikan Henry III, Mathurine tetap dipertahankan sebagai jester. Ini menunjukkan betapa istimewanya posisinya, karena tidak semua jester dapat melayani lebih dari satu raja.
Henry IV, yang dikenal sebagai raja yang lebih rendah hati dibanding pendahulunya, tampaknya menghargai humor Mathurine yang cerdas dan kritis. Selama masa Louis XIII, Mathurine masih tetap berada di istana, meski waktu itu dirinya mungkin sudah mulai berusia lanjut. Keberadaannya yang terus-menerus di tengah pergantian kekuasaan membuktikan bahwa bakat dan kecerdasannya sangat dihargai.
Warisan Mathurine de Vallois
Mathurine de Vallois adalah contoh kuat dari perempuan yang menembus batasan peran gender di zamannya. Di era di mana perempuan biasanya memiliki peran terbatas di istana, Mathurine berhasil menonjol sebagai pelawak yang dihormati, dan bukan hanya karena kecerdasannya, tetapi juga karena keberaniannya dalam menghadapi stereotip. Perannya sebagai jester perempuan yang terkenal di tiga era pemerintahan menjadikannya salah satu tokoh bersejarah unik dalam budaya Prancis.
Banyak yang memandangnya sebagai pelopor dalam bidangnya, seorang wanita yang tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga bersinar di tengah dunia yang didominasi oleh laki-laki. Humor Mathurine bukan hanya sekadar hiburan; itu adalah senjata, perlindungan, dan caranya untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya.
Mathurine de Vallois meninggalkan jejak tak terlupakan sebagai seorang jester yang melampaui peran tradisionalnya. Hingga kini, kisahnya menginspirasi kita untuk memahami bahwa humor dapat menjadi alat yang kuat untuk menyuarakan pendapat dan mendobrak batasan-batasan sosial. (Ind/rfr)
Baca berita terupdate kami lainnya melalui google news