Type to search

Peristiwa Probolinggo

Mendak Tirta di Madakaripura: Jejak Kesucian dan Spiritualitas Suku Tengger

Share
tradisi sakral Mendak Tirta di Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo

SUARAGONG.COM – Masyarakat Suku Tengger kembali melaksanakan tradisi sakral Mendak Tirta di Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo. Sebagai bagian dari rangkaian upacara adat Yadnya Kasada. Ritual ini menjadi simbol penyucian diri dan penghormatan terhadap alam serta Sang Hyang Widiwasa. Tradisi ini dilakukan dengan membawa sesaji berupa hasil bumi untuk didoakan, lalu diletakkan di pelataran tempat suci di sekitar air terjun.

Mendak Tirta di Madakaripura Cermin Kesucian Alam dan Spiritualitas Suku Tengger

Mendak Tirta secara harfiah berarti menjemput air suci. Air yang diambil dari Madakaripura dipercaya memiliki kekuatan spiritual karena berasal dari tempat yang disucikan. Dalam kepercayaan masyarakat Tengger, air suci tersebut digunakan untuk mensucikan diri secara lahir dan batin menjelang pelaksanaan Yadnya Kasada, yang digelar setiap malam ke-14 bulan Kasada dalam kalender Jawa.

Air Terjun Madakaripura bukan hanya menjadi destinasi wisata alam yang memesona, tetapi juga menjadi situs spiritual yang sangat dihormati. Konon, tempat ini pernah menjadi lokasi pertapaan Patih Gajah Mada di akhir hayatnya. Kepercayaan ini semakin memperkuat posisi Madakaripura sebagai lokasi yang sakral dan penuh makna bagi masyarakat Tengger.

Pelestarian Tradisi di Tengah Modernisasi

Tradisi Mendak Tirta menjadi salah satu bentuk perlawanan budaya terhadap derasnya arus modernisasi dan globalisasi. Di tengah kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup, masyarakat Tengger tetap konsisten menjaga warisan leluhur mereka. Hal ini mencerminkan kuatnya akar budaya serta kesadaran kolektif untuk mempertahankan identitas lokal.

Generasi muda Tengger secara aktif terlibat dalam setiap prosesi adat, termasuk Mendak Tirta. Mereka tidak hanya berperan sebagai peserta, tetapi juga belajar memahami filosofi dan nilai-nilai spiritual dari leluhur. Keterlibatan aktif ini menjadi kunci penting dalam menjaga keberlanjutan tradisi di masa depan.

Baca Juga : Pemkab Probolinggo Imbau Wisatawan Tak Gunakan Motor Matic ke Bromo

Sinergi Pemerintah dan Komunitas Adat dalam Pelestarian Budaya

Pemerintah Kabupaten Probolinggo bersama dengan komunitas adat turut berupaya menjaga kelestarian tradisi ini. Berbagai program dukungan diberikan, termasuk promosi wisata budaya, penyediaan fasilitas pendukung, dan penguatan edukasi budaya di sekolah-sekolah lokal. Sinergi ini diharapkan dapat memperkuat posisi budaya Tengger sebagai aset penting daerah.

Mendak Tirta menjadi awal dari puncak perayaan Yadnya Kasada, yaitu ritual persembahan sesaji ke kawah Gunung Bromo. Prosesi ini mencerminkan bentuk pengabdian masyarakat Tengger kepada Sang Hyang Widi serta penghormatan terhadap Dewa Brahma. Melalui ritual ini, masyarakat memanjatkan doa dan harapan akan keselamatan, kesejahteraan, serta hasil panen yang melimpah.

Tradisi seperti Mendak Tirta tidak hanya berbicara soal spiritualitas, tetapi juga tentang kesadaran ekologis. Menghormati alam sebagai bagian dari kehidupan menjadi prinsip dasar yang dipegang teguh oleh masyarakat Tengger. Dalam setiap prosesi, tidak ada tindakan merusak alam, justru yang dilakukan adalah menjaga dan merawatnya sebagai wujud syukur dan pengabdian.Selain memiliki nilai spiritual, Mendak Tirta juga memiliki potensi besar sebagai daya tarik wisata budaya. Setiap tahunnya, ritual ini menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara. Hal ini dapat mendorong peningkatan ekonomi masyarakat sekitar melalui pengembangan desa wisata dan pelibatan UMKM dalam kegiatan penunjang.

Baca JugaPemkot Probolinggo Bangun Jalan Tembus di Pasar Baru, Dorong Penataan Kawasan

Menjaga Warisan Leluhur sebagai Tanggung Jawab Bersama

Melestarikan tradisi Mendak Tirta bukan hanya menjadi tanggung jawab masyarakat Tengger, melainkan tugas bersama seluruh elemen bangsa. Dalam keragaman budaya Indonesia, kekayaan lokal seperti ini merupakan bagian dari identitas nasional yang harus dijaga. Pendidikan budaya, dokumentasi tradisi, dan penguatan kebijakan pelestarian menjadi langkah penting dalam menjaga keberlanjutan ritual Mendak Tirta sebagai warisan tak ternilai.

Dengan semangat kebersamaan dan kesadaran budaya yang tinggi, masyarakat Tengger telah memberi contoh nyata bagaimana tradisi dapat hidup berdampingan dengan zaman, tanpa kehilangan makna dan esensinya. (Duh/aye)

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *