SUARAGONG.COM – Siapa yang tak kenal Garfield, kucing oranye yang memikat hati dengan tingkahnya yang lucu sekaligus menyebalkan? Di dunia nyata, warna oranye pada kucing memang memiliki daya tarik tersendiri. Tidak seperti warna pada mamalia lain yang sering disebut cokelat atau cokelat kemerahan, kucing oranye benar-benar memiliki rona yang menyerupai kulit jeruk. Tapi, apa sebenarnya yang membuat kucing bisa memiliki warna mencolok ini?
Pigmen Mamalia
Mamalia pada umumnya hanya memiliki dua jenis pigmen:
- Eumelanin: Memberikan warna cokelat gelap hingga hitam.
- Pheomelanin: Memberikan warna kekuningan, kemerahan, hingga jingga.
Pada manusia, orang berambut merah, misalnya, hanya menghasilkan pheomelanin, sedangkan kulit gelap didominasi eumelanin. Namun, kucing oranye memiliki pola pigmentasi yang unik dibandingkan mamalia lainnya.
Sebagian besar mamalia menggunakan protein membran bernama MC1R untuk mengatur apakah kulit atau rambut mereka menghasilkan eumelanin atau pheomelanin. Tapi, pada kucing, pigmentasi oranye tidak diatur oleh MC1R, melainkan oleh sebuah lokus genetik bernama lokus oranye.
Lokus Oranye
Lokus oranye memiliki dua varian:
- Varian ‘O’: Mendukung produksi pheomelanin (oranye).
- Varian ‘o’: Menghasilkan eumelanin (hitam).
Lokus ini berada pada kromosom X. Karena kucing betina memiliki dua kromosom X (XX), mereka dapat membawa kedua varian ini. Hal ini memungkinkan kucing betina memiliki pola warna mosaik seperti hitam-oranye (bicolor) atau hitam-oranye-putih (tricolor), yang dikenal sebagai calico.
Sementara itu, kucing jantan, yang hanya memiliki satu kromosom X (XY), biasanya hanya memiliki satu warna, baik oranye atau hitam. Kecuali pada kasus langka ketika mereka memiliki kromosom X tambahan, seperti pada sindrom Klinefelter pada manusia, yang memungkinkan pola warna calico.
Baca juga : Kucing Punya Tempat Spesial di Negara Turki: SImbol Kehidupan Sosial & Budaya
Mengapa Calico Unik?
Pada kucing betina, salah satu kromosom X akan secara acak dinonaktifkan selama perkembangan. Jika varian ‘O’ yang aktif pada sebagian sel dan ‘o’ pada sebagian lainnya, maka kucing akan memiliki pola warna oranye dan hitam. Jika mutasi lain menambahkan bercak putih akibat kurangnya melanosit, muncullah pola calico.
Setiap calico bersifat unik karena proses inaktivasi ini terjadi secara acak dan pada waktu yang berbeda. Semakin awal proses ini, semakin besar bintiknya. Sebaliknya, semakin lambat, semakin kecil bintik-bintik tersebut.
Hingga kini, para ilmuwan belum sepenuhnya memahami gen yang tersembunyi di balik lokus oranye. Namun, penelitian terbaru dari Greg Barsh (Stanford University) dan Hiroyuki Sasaki (Kyushu University) mengidentifikasi gen Arhgap36 sebagai kandidat potensial. Mutasi pada gen ini diduga menghambat produksi eumelanin dan mendukung pembentukan pheomelanin.
Terlepas dari genetika yang rumit, kucing tetaplah makhluk yang memikat dengan keunikan warnanya. Dari oranye cerah hingga pola calico yang langka, setiap warna bulu membawa kepribadian dan pesona tersendiri. Jadi, bagaimana dengan warna kucing kesayanganmu? (acs)