Menteri Pertanian Apresiasi Pemkot Surabaya, Capai Deflasi 0,07 Persen
Share

SUARAGONG.COM – Menteri Pertanian (Mentan) RI, Andi Amran Sulaiman, memberi pujian khusus kepada Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, usai kota ini mencatat deflasi sebesar 0,07 persen. Menurutnya, capaian itu bukan hal biasa dan pantas dijadikan contoh oleh daerah lain di Indonesia.
Pemkot Surabaya Capai Deflasi 0,07 Persen
Pujian tersebut disampaikan saat Mentan menghadiri Gerakan Pangan Murah (GPM) serentak se-Jawa Timur yang digelar di Taman 10 Nopember, Tambaksari, Surabaya, Selasa (23/9/2025). Acara itu menghadirkan 10 ton beras SPHP, ditambah komoditas lain seperti telur, gula, minyak, cabai, dan bawang—kerja sama antara Pemkot Surabaya, Bulog, dan Pemprov Jatim.
“Pak Wali Kota Eri Cahyadi luar biasa, karena Surabaya deflasi 0,07 persen. Ini harus menjadi contoh bagi daerah-daerah lainnya,” ujar Menteri Amran.
Ia menekankan pentingnya pengawasan harga beras agar tidak melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET). “Kami lanjutkan pengecekan terus-menerus. Jangan menjual beras di atas HET. Terima kasih,” tegasnya.
Tak hanya itu, Amran juga mengumumkan pelepasan 2.400 ton beras SPHP di Jawa Timur sebagai operasi pasar besar-besaran. Bulog bahkan diminta membuka layanan 24 jam demi memastikan rakyat tak berjalan sendiri.
“Stok kita tertinggi selama merdeka: 1,3 juta ton beras nasional, ditambah 1 juta ton untuk operasi pasar sampai akhir tahun,” klaim Amran sambil menyebut mandat Presiden Prabowo agar dirinya turun langsung ke lapangan.
Baca Juga :Pemkot Surabaya dan Tual Jalin MoU Wujudkan Pemerataan Pembangunan
Antara Prestasi dan Realitas di Lapangan
Bagi Surabaya, angka deflasi ini tentu jadi prestasi yang bisa dipajang. Tapi di balik itu, masih banyak daerah lain di Jawa Timur yang justru kewalahan menghadapi gejolak harga. Ironinya, pujian berulang kali diarahkan ke Surabaya, sementara daerah-daerah lain sering kali hanya kebagian sisa narasi.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya, Antiek Sugiharti, bahkan menegaskan deflasi ini tak lepas dari peran GPM yang rutin dilakukan. “Kita malah deflasi 0,07 persen. Komoditas beras tidak masuk 10 besar penyumbang inflasi,” ujarnya.
Antiek merinci GPM kali ini menyediakan:
- 10 ton beras,
- 1 ton gula,
- 700 liter minyak,
- 100 kilogram telur,
- 200 kilogram cabai,
- 200 kilogram bawang.
Sindiran Terselip
Kebijakan pangan di Surabaya memang layak dipuji. Namun, apakah hanya Surabaya yang bisa, sementara daerah lain dibiarkan tetap berjuang dengan inflasi tinggi? Atau memang baru kota besar seperti Surabaya yang mampu “menjual” keberhasilan deflasi 0,07 persen sebagai prestasi nasional?
Yang jelas, Menteri Amran sudah menggarisbawahi Surabaya sebagai “contoh”. Pertanyaannya, kapan contoh itu bisa sungguh-sungguh ditularkan ke daerah-daerah lain yang hingga kini masih bergelut dengan harga beras di atas HET? Karena di pasar, rakyat tak peduli siapa yang mendapat penghargaan. Yang mereka tahu: apakah beras bisa dibeli dengan harga wajar hari ini, atau tidak. (Wahyu/Aye)