Meta Dituding Khianati AS demi Kerja Sama dengan China
Share

SUARAGONG.COM – Raksasa teknologi Meta, yang dipimpin oleh Mark Zuckerberg, tengah dihantam tuduhan serius dari mantan eksekutifnya sendiri Terkait pengkhianatan dan bekerja sama dengan China. Sarah Wynn-Williams, mantan direktur kebijakan global Meta yang kini berstatus sebagai whistleblower, menuding perusahaan tempatnya pernah bekerja telah mengkhianati kepentingan Amerika Serikat (AS) dan menjalin hubungan erat dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT), China.
Wynn-Williams Menuding Meta Khianati AS Untuk Kerja Sama Dengan China
Dalam kesaksiannya di hadapan Senat AS pada Rabu (9/4/2025), Wynn-Williams menyatakan bahwa Meta — sebelumnya dikenal sebagai Facebook — telah secara aktif merancang alat moderasi konten yang disebut-sebut dirancang langsung oleh Zuckerberg untuk aplikasi di wilayah Hong Kong dan Taiwan, demi menyenangkan Beijing.
“Partai Komunis Tiongkok dan Mark Zuckerberg memiliki tujuan yang sama: membungkam kritik,” tegasnya. Ia juga menyebut bahwa Meta telah berulang kali mengorbankan nilai-nilai dan keamanan nasional AS demi membangun kerja sama bernilai miliaran dolar di Tiongkok, khususnya dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Wynn-Williams mengklaim bahwa kerja sama Meta dengan China dimulai sejak 2015, dan mencakup transfer informasi terkait teknologi penting seperti AI. Menurutnya, Meta berperan dalam penguatan perusahaan AI China bernama DeepSeek, yang disebut-sebut juga mendukung kemampuan militer negeri tirai bambu.
Tak hanya itu, ia juga mengaku menerima intimidasi dari pihak Meta usai menerbitkan buku memoarnya berjudul Careless People, yang memuat pengalamannya selama bekerja di perusahaan tersebut. Meta disebut bahkan mencoba menghalanginya berbicara kepada anggota Kongres.
Baca Juga : AS Bersiap Gugat Dominasi Meta di Dunia Media Sosial
Bantahan Keras Juru Bicara Meta
Sementara itu, juru bicara Meta, Andy Stone, membantah keras tuduhan tersebut. Ia menyebut klaim Wynn-Williams sebagai sesuatu yang “jauh dari kenyataan.” Stone menambahkan bahwa Meta memang pernah menyatakan ketertarikan untuk beroperasi di China. Namun hingga saat ini tidak menjalankan layanannya di negara tersebut.
Wynn-Williams menolak pernyataan tersebut dan menyebutnya sebagai kebohongan. Ia bahkan telah melayangkan pengaduan resmi ke Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC). Serta Departemen Kehakiman AS untuk mendesak investigasi lebih lanjut.
Dalam sesi dengar pendapat itu, senator Richard Blumenthal juga menyampaikan kekhawatirannya. “Apakah Anda pernah melihat bahwa Mark Zuckerberg memiliki batas moral terhadap apa yang dilakukannya?” tanyanya. Wynn-Williams menjawab, “Tidak.”
Blumenthal menyebut bahwa Zuckerberg, yang kerap mempromosikan diri sebagai pembela kebebasan berbicara, justru sedang aktif melobi Gedung Putih. Yang Bertujuan untuk menghentikan kasus antitrust terhadap perusahaannya.
Kesaksian Wynn-Williams ini mendapat respons bipartisan di Senat dan memperkuat sentimen bahwa Mark Zuckerberg dan Meta tidak dapat lagi dipercaya. Dalam hal ini mengenai menjaga nilai-nilai demokrasi dan kepentingan nasional Amerika. (aye)
Baca Juga Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google News