Type to search

Teknologi

Gaes !!! Minyak Kelapa Menjadi Bahan Bakar Pesawat

Share
Minyak Kelapa Menjadi Bahan Bakar Pesawat (Media Suaragong)

Malang, Suaragong – Pengembangan bahan bakar ramah lingkungan yang juga mendukung keberlanjutan atau sustainable terus dilakukan oleh berbagai negara. Salah satunya adalah bahan bakar Bioavtur. Bioavtur merupakan bahan bakar pesawat yang terbuat dari campuran avtur dan minyak kelapa sawit. Sehingga memberikan inovasi yang lebih ramah lingkungan.

Selain bioavtur, pengembangan bahan bakar nabati lainnya, seperti biodiesel dan bioetanol, semakin berkembang di Indonesia. Mayoritas produsen tidak hanya mengandalkan minyak nabati, seperti minyak jagung atau minyak kacang-kacangan. Tapi juga memanfaatkan limbah minyak goreng.

Dalam teknologi mesin pesawat saat ini, bioavtur dapat dikombinasikan hingga sekitar 50 persen dari komposisi total bahan bakar. Artinya, perbandingan campuran antara bioavtur dan avtur konvensional dari bahan bakar fosil adalah 50 : 50.

Minyak Kelapa Menjadi Bahan Bakar Pesawat (Media Suaragong)

Minyak Kelapa Menjadi Bahan Bakar Pesawat (Media Suaragong)

Bioavtur sebetulnya bukan hal baru dalam industri penerbangan. Di Amerika, Kanada, dan negara-negara Eropa, industri bioavtur telah berproduksi serta digunakan dalam dunia penerbangan selama beberapa waktu. Indonesia sendiri tengah melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan dan rendah emisi karbon.

Baca juga : Teknologi Jadi Kunci Transformasi Kesehatan di Indonesia

Salah satu bentuk energi terbarukan yang dikembangkan adalah bahan bakar nabati (BBN). BBN adalah energi yang terdiri atas bahan bakar minyak, seperti biodiesel atau bioetanol, yang dicampur dengan minyak nabati murni.

BBN diklaim menjadi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM) fosil. Pemerintah menerapkan program B30. Melalui program tersebut, pemerintah mewajibkan pencampuran 30 persen biodiesel dan 70 persen bahan bakar minyak jenis solar sehingga menghasilkan produk yang dikenal sebagai biosolar B30.

Ketentuan kewajiban B30 untuk biosolar tercantum dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 12 Tahun 2015 yang mengubah Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain.

Kolaborasi BRIN dengan Perusahaan Jepang

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggandeng perusahaan asal Jepang untuk pemanfaatan minyak kelapa menjadi bahan bakar pesawat ramah lingkungan atau bioavtur. Minyak kelapa yang digunakan bahkan diolah dari yang non-standar alias tak layak jual.

Kelapa yang sudah tidak bernilai ekonomis dengan kondisi kelapa tua, kelapa berukuran sangat kecil, kelapa busuk-berjamur, hingga kelapa yang pecah. Keberadaan kelapa non-standar ini tak kalah melimpah di Indonesia dan terbukti masih bisa diolah menjadi crude coconut oil atau CCO dan mampu diberdayakan menjadi produk inovasi serupa bahan bakar.

Pemutakhiran dalam proses produksi dan menambah kuantitas bioavtur dari kelapa non-standar yang dilakukan kini dalam tahap pembangunan pabrik di Banyuasin, Sumatera Selatan. BRIN dan PT ABE Indonesia berkolaborasi dengan Green Power Development Corporation of Japan untuk industri bioavtur tersebut.

Telah terjadi kesepakatan perjanjian kerja sama dengan perusahaan Jepang untuk pengembangan inovasi bioavtur itu sehari sebelumnya. Kerja sama industri bioavtur dengan memanfaatkan kelapa non-standar sejalan dengan kesepakatan global untuk pembangunan berkelanjutan dan karbon netral.

Dalam pengembangan produksi bioavtur ini, Mego menambahkan, BRIN mengajak perusahaan lokal PT ABE Indonesia Berjaya sebagai pelaksana proyek. PT ABE ditarget menghasilkan 100 ton CCO per hari dari bahan baku kelapa non-standar menggunakan teknologi mesin dengan traceability system buatan lokal.

Pengembangan kerja sama ini semula diinisiasi oleh Indonesia Japan Business Network atau IJBNet yang bersama GPDJ dan BRIN telah melakukan riset sepanjang tiga tahun teakhir.

Ketua Umum IJBNET, Suyoto Rais, menyebut bioavtur bisa mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil. Sedangkan bahan baku kelapa non-standar yang digunakan bisa meningkatkan pendapatan para petani dan juga devisa negara. (Ind/rfr)

Tags:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *