Suaragong – Mitreka Satata adalah salah satu konsep fundamental Ekonomi dalam kebijakan luar negeri Kerajaan Majapahit yang menggarisbawahi prinsip hubungan Ekonomi persahabatan yang setara dan berkelanjutan.
Istilah ini, yang berasal dari bahasa Jawa Kuno, terdiri dari tiga kata. Yaitu “mitra” (sahabat), “ika” (itu), dan “satata” (tetap atau terus menerus). Konsep ini mencerminkan komitmen Majapahit untuk menjalin hubungan diplomatik yang berlandaskan pada saling menghormati kedaulatan tanpa campur tangan politik.
Kerajaan Majapahit, dibawah kepemimpinan Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, memanfaatkan Mitreka Satata sebagai alat untuk membangun aliansi strategis. Dengan berbagai kerajaan di Asia Tenggara dan luar kawasan. Melalui pendekatan ini, Majapahit tidak hanya mengukuhkan posisinya sebagai kekuatan regional. Tetapi juga mengamankan hubungan perdagangan dan politik yang saling menguntungkan.
Dalam pembagian wilayah Majapahit, Mitreka Satata dianggap sebagai kategori khusus. Mencakup kerajaan-kerajaan yang menjalin hubungan persahabatan dan aliansi dengan Majapahit. Berbeda dengan wilayah seperti Negaragung, yang langsung berada di bawah penguasaan Majapahit. Atau Mancanegara, yang mencerminkan kekuasaan Majapahit di luar nusantara. Mitreka Satata meliputi kerajaan-kerajaan yang tetap mempertahankan kedaulatannya sambil menjalani hubungan diplomatik yang erat dengan Majapahit.
Baca juga: Mengenal Sosial dan Kebudayaan Jawa
Peran Mitreka Satata dalam Strategi Luar Negeri
Pentingnya Mitreka Satata dalam strategi luar negeri Majapahit terlihat dalam catatan sejarah. Seperti dalam Kakawin Negarakertagama karya Mpu Prapanca. Karya tersebut mencatat bahwa Majapahit menerapkan kebijakan Mitreka Satata untuk membangun jaringan diplomatik dengan berbagai kerajaan asing di Asia Tenggara. Hubungan ini, yang bersifat saling menghormati dan tidak memaksa, memungkinkan Majapahit untuk memperluas pengaruhnya tanpa harus melakukan penjajahan langsung.
Daftar kerajaan yang terikat dalam Mitreka Satata dengan Majapahit mencakup Syangka di Thailand, Dharmanagari di Kedah, Marutma, Campa, Kambonyanyat di Kamboja. Serta Yawana di Annam. Kerajaan-kerajaan ini terikat dalam hubungan persahabatan yang abadi. Dimana mereka memberikan upeti sebagai bentuk penghormatan dan mendapatkan perlindungan dari Majapahit. Melalui sistem ini, Majapahit dapat mengelola hubungan internasionalnya secara efektif dan mengatasi ancaman dari luar.
Strategi konsep ini juga berfungsi untuk membentengi Nusantara dari ancaman eksternal. Seperti pengaruh Cina dan kerajaan-kerajaan daratan Asia lainnya. Dengan menjalin aliansi yang kuat dan terstruktur, Majapahit dapat meminimalkan risiko konflik dan mempertahankan stabilitas regional. Konsep ini, yang mengedepankan hubungan setara dan saling menguntungkan. Sehingga memperkuat posisi Majapahit sebagai kekuatan dominan di Asia Tenggara pada masa itu.
Secara keseluruhan, Mitreka Satata mencerminkan kebijakan luar negeri Majapahit yang berorientasi pada kemitraan strategis. Serta penghormatan terhadap kedaulatan negara lain. Melalui pendekatan ini, Majapahit tidak hanya memperkuat jalinan diplomatik dan perdagangan. Tetapi juga mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin regional yang mengedepankan prinsip persahabatan dan kerjasama. (Ind/rfr)
Comments 1