Monumen Sekolah Bung Karno Dibangun di Jombang, Jadi Simbol Sejarah dan Edukasi
Share

SUARAGONG.COM – Pemerintah Desa Losari, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang resmi memulai pembangunan Monumen Sekolah Desa yang pernah menjadi tempat belajar Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno. Momen peletakan batu pertama ini dilaksanakan Jumat pagi, 25 Juli 2025, di Dusun Rejomulyo RW 01, Desa Losari.
Meski digelar dengan sederhana, acara ini penuh makna. Selain sebagai langkah awal pembangunan fisik monumen, kegiatan ini juga mengangkat kembali sejarah lokal yang sempat terlupakan. Turut hadir dalam acara tersebut antara lain tokoh masyarakat, warga sekitar, para budayawan, serta Camat Ploso, Tridoyo Purnomo.
Kepala Desa Losari, Sutrisno, menegaskan bahwa monumen ini bukan sekadar bangunan biasa, melainkan wujud nyata dari pelestarian budaya sekaligus sarana edukasi sejarah bagi generasi muda.
“Kami ingin masyarakat tahu bahwa Bung Karno pernah belajar di Sekolah Desa Ploso. Ini menjadi kebanggaan luar biasa bagi kami,” ujarnya.
Jejak Soekarno di Desa Losari
Sutrisno menjelaskan, sekolah tempat Soekarno kecil belajar dulu berada di area pertigaan Terminal Ploso. Soekarno yang lahir pada 1902 diperkirakan mulai sekolah di usia lima sampai enam tahun. Saat itu, Jombang masih berada dalam wilayah Karisidenan Surabaya.
Menurut Sutrisno, monumen ini adalah pengingat bahwa Desa Losari punya andil dalam perjalanan hidup Sang Proklamator. Ia menambahkan, keberadaan monumen ini juga diharapkan bisa menjadi sarana menanamkan nilai kebangsaan dan cinta tanah air sejak dini.
Tak hanya itu, Desa Losari juga menyimpan dua situs bersejarah lain yang berhubungan dengan masa kecil Bung Karno. Pertama, bekas sekolah Ongko Loro (Ongko 2) tempat ayah Soekarno pernah mengajar. Kedua, situs Pondok Kedungturi, tempat Soekarno kecil belajar mengaji di langgar panggung yang kini menjadi bagian dari Pondok Pesantren Shiddiqiyyah.
“Ke depan kami ingin agar warisan sejarah ini bisa terus dikenalkan kepada anak-anak muda. Mereka harus tahu sejarahnya agar makin mencintai bangsanya,” kata Sutrisno.
Ia juga menekankan pentingnya dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, budayawan, hingga masyarakat umum, untuk ikut menjaga dan merawat situs bersejarah tersebut. Monumen ini akan dibangun dengan desain yang menggabungkan unsur tradisional dan modern, agar tetap relevan dan menarik sebagai destinasi edukasi sejarah di masa depan.
Baca juga: Dewi Soekarno Didenda Pemerintah Jepang Rp 3 Miliar
Pentingnya Sekolah bagi Masa Depan Bangsa
Pembangunan Monumen Sekolah Desa tak hanya menjadi upaya pelestarian sejarah, tapi juga menjadi pengingat akan pentingnya pendidikan. Sekolah bukan sekadar tempat menimba ilmu, tapi juga menjadi wadah pembentukan karakter generasi penerus.
Dengan menghidupkan kembali nilai-nilai pendidikan dari masa lalu, seperti yang dialami Soekarno, masyarakat diharapkan semakin sadar bahwa pendidikan adalah investasi utama dalam membangun bangsa yang maju dan berdaulat. Monumen ini diharapkan bisa jadi inspirasi bagi generasi muda untuk tidak melupakan sejarah dan terus semangat belajar demi masa depan yang lebih baik. Karena sejatinya, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah dan terus membangun melalui jalur pendidikan. (rfr)