Mr FAFO tewas di Gaza apa sih yang terjadi?
Share

SUARAGONG.COM – Beberapa hari setelah tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Hamas, Gaza kembali memanas. Dalam konflik terbaru ini, Mr FAFO tewas di Gaza, alias Saleh Aljafarawi seorang influencer-jurnalis yang selama ini jadi wajah media sosial dari konflik Gaza dilaporkan ditembak mati saat melewati kawasan Sabra di Gaza City.
Nah, kenyataannya gak sesederhana tertembak di medan perang biasa. Ada lapisan konflik internal di antara faksi-faksi Palestina sendiri, persaingan kekuasaan lokal, hingga tuduhan terhadap keterlibatan milisi anti-Hamas. Artikel ini bakal kupas sisi-sisinya.
Siapa sih Saleh Aljafarawi alias Mr. FAFO?
- Lahir tahun 1997, dia mulai dikenal selama konflik Gaza 2023-2025 lewat video -video langsung dari lapangan perang.
- Di mata sebagian orang, dia adalah jurnalis warga yang mencoba menyuarakan kisah di balik berita besar. Di mata sebagian lain, kontennya kadang penuh drama dan kritik, alias menarik kontroversi.
- Bahkan sebelum wafat, akun Instagram utama miliknya sempat diblokir oleh Meta.
- Dia juga sering disebut Mr. FAO singkatan dari F*** Around and Find Out. Karena gaya dramatisnya, termasuk bagai bangkit kembali dari laporan kematiannya yang sempat viral, yang kemudian dianggap sebagai bagian dari reputasi publiknya.
Jadi, ketika berita tentang kematiannya muncul, banyak yang skeptis apakah ini benar-benar kenyataan akhir.
Baca juga: Netanyahu Kekeh Lanjutkan Operasi Militer di Gaza
Kronologi Kejadian Bentrokan Sabra & Tembakan yang Mematikan
Berikut rangkuman peristiwa berdasarkan laporan media:
- Bentrokan Antarklan
Konflik pecah dikawasan Sabra antara pasukan Hamas dan milisi lokal sering disebut sebagai aliansi milisi anti-Hamas atau klan Dughmush. - Penembakan Saat Liputan
Aljafarawi, yang mengenakan rompi bertuliskan press, tengah merekam atau mendokumentasikan situasi ketika dia ditembak. - Jumlah Luka Tembak dan Lokasi Akhir
Beberapa sumber menyebutkan dia ditembak sebanyak tujuh kali dan mayatnya kemudian terlihat di bagian belakang truk. - Klaim Milisi Berafiliasi Israel
Pihak Gaza menyampaikan bahwa milisi itu punya hubungan dengan Israel atau setidaknya bergerak sebagai elemen proxy. Namun, klaim ini belum diverifikasi secara independen.
Karena situasi keamanan yang kacau dan konflik internal, detil persis apa yang memicu penembakan masih kabur.
Baca juga: Prabowo Siapkan Pulau Galang untuk Tampung 2.000 Warga Gaza
Kenapa Kasus Ini Penting Plus Dampaknya
Menunjukkan kerentanan Jurnalis Warga
Saleh bukan jurnalis buffer besar, tapi orang lapangan yang nyaris tanpa perlindungan institusional. Kematian dia menambah daftar panjang korban media di Gaza lebih dari 270 orang telah tewas sejak Oktober 2023.
Konflik Internal Palestina Makin Tajam
Gencatan senjata bukan berarti perdamaian total dalam konteks Gaza. Setelah mundurnya pasukan Israel, kekosongan kekuasaan memicu gesekan antara faksi lokal. Pembunuhan ini bisa jadi manifestasi dari perebutan pengaruh di dalam sendiri.
Isu Propaganda & Legitimasi
Aljafarawi selama ini juga dikenal punya sisi pro-Hamas dalam kontennya. Jadi, kematiannya bisa dipandang sebagai senjata simbolik di medan narasi konflik. Banyak pihak akan menggunakan kasus ini untuk mendukung argumen politik masing-masing.
Baca juga: Puluhan Ribu Orang Demo Untuk Gaza di Jembatan Sydney
Pro dan Kontra Fakta vs Tuduhan
- Pro: Al Jazeera melaporkan bahwa Saleh ditembak oleh milisi saat liputan, mengenakan rompi pers.
- Kontra: Ada yang menyebut ini bisa insiden internal atau bahkan disalahgunakan narasi menjadi agen Israel sebagai pembenaran. Beberapa pihak skeptis apakah semua yang terlihat di video memang autentik.
- Ketidakpastian: Hingga sekarang belum ada penyelidikan independen yang transparan yang memastikan siapa penembak ada apa motif sesungguhnya.
Baca juga: Israel Bertekad Kuasai 75% Gaza dalam Dua Bulan
Mr FAFO Tewas di Gaza Bukan Hanya Tragedi Pribadi
Kematian Saleh Aljafarawi alias Mr FAFO tewas di Gaza lebih dari sekadar berita duka. Dia adalah simbol konflik informasi, persaingan internal, dan risiko hidup jurnalis di zona perang tanpa perlindungan. Kasusnya memaksa kita melihat bahwa perang tidak cuma antara Israel dan Hamas, tapi juga di dalam tubuh Palestina sendiri antara kelompok bersenjata, milisi lokal, dan influencer yang ingin menyuarakan dari bawah. (dny)