Netanyahu Kekeh Lanjutkan Operasi Militer di Gaza
Share

SUARAGONG.COM – Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, kembali menegaskan komitmennya untuk melanjutkan operasi militer di benteng terakhir Hamas di Kota GazaBenjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, menegaskan komitmennya untuk melanjutkan operasi militer di benteng terakhir Hamas di Kota Gaza. Meski mendapat tekanan dari dalam dan luar negeri, Netanyahu bersikeras bahwa langkah ini adalah kunci untuk membebaskan para sandera dan menjamin keamanan Israel dalam jangka panjang.
Netanyahu Bersikeras Rencana Rebut Gaza Meski Dikecam Dunia
“Kami tidak berniat menduduki Gaza. Misi kami adalah membebaskannya dari teroris Hamas,” ujar Netanyahu dalam pernyataannya, sembari menekankan bahwa keberhasilan operasi ini akan menjadi warisan strategis bagi Israel.
Sikap keras Netanyahu memicu reaksi beragam. Di dalam negeri, survei menunjukkan mayoritas warga Israel justru lebih mendukung jalur negosiasi dibandingkan operasi militer lanjutan. Keluarga para sandera bahkan melakukan aksi protes di depan kantor pemerintah, mendesak kesepakatan damai agar nyawa sandera tersisa dapat diselamatkan.
Partai sayap kanan di Israel pun tak kalah vokal mengkritik. Mereka menilai langkah Netanyahu tidak cukup agresif dan cenderung berlarut-larut. Sementara di kancah internasional, sejumlah negara — termasuk sekutu dekat seperti Jerman — secara terbuka menyuarakan penolakan. Beberapa bahkan menghentikan pasokan senjata sebagai bentuk protes terhadap kebijakan militer Israel di Gaza.
Meski demikian, Amerika Serikat masih memberikan dukungan politik, meski diwarnai tekanan global agar Israel menahan diri dan membuka jalur kemanusiaan yang lebih luas.
Baca Juga : Media Nasional Iran Umumkan Gencatan Senjata dengan Israel Mulai Berlaku
Krisis Kemanusiaan Memburuk
Operasi militer ini juga dibayang-bayangi oleh krisis kemanusiaan yang kian parah. Israel sempat menghentikan pasokan bantuan kemanusiaan, membuat jutaan warga Gaza terancam kelaparan.
Netanyahu mengklaim bantuan telah menjangkau 2 juta orang, namun data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan fakta berbeda: sekitar seperempat populasi Gaza berada di ambang kelaparan ekstrem.
Jumlah truk bantuan yang berhasil masuk pun hanya sebagian kecil dari kebutuhan sebenarnya. Meski harga pangan di pasar gelap mulai turun, angkanya masih jauh di atas harga sebelum perang. Situasi ini menambah tekanan moral dan diplomatik terhadap Israel.
Baca Juga : Prabowo Siapkan Pulau Galang untuk Tampung 2.000 Warga Gaza
Risiko Nyawa Sandera
Hamas disebut masih menahan sekitar 20 sandera yang diyakini hidup. Namun, kelompok tersebut mengancam akan mengeksekusi mereka jika serangan Israel terus berlanjut. Ancaman ini membuat dilema semakin tajam antara keberlanjutan operasi militer dan penyelamatan nyawa para sandera.
Meski badai kritik dan risiko besar membayangi, Netanyahu tampaknya tidak akan mengubah arah kebijakannya dalam waktu dekat. Bagi dirinya, kemenangan strategis melawan Hamas adalah tujuan utama, sekalipun harus melewati jalan penuh tekanan dan kontroversi. (Aye/sg)