NewJeans ILLIT Copyright Clash yang Bikin K-Pop Panas
Share
SUARAGONG.COM – Industri K-pop kembali memanas dengan perdebatan panjang seputar NewJeans ILLIT copyright clash yang tak kunjung usai sejak 2024. Kasus ini menjadi sorotan bukan hanya karena melibatkan dua girl group populer. Tetapi juga karena memunculkan pertanyaan hukum, budaya fandom, dan definisi hak cipta dalam industri kreatif Korea yang belum punya aturan kuat.
Latar Belakang Perseteruan NewJeans dan ILLIT
Perseteruan bermula ketika mantan CEO ADOR, Min Hee-jin, mengklaim bahwa girl group yang dinaungi Belift Lab yaitu ILLIT meniru estetika, konsep visual, dan koreografi dari NewJeans. Tuduhan ini menuai respons keras dari berbagai pihak karena beragam hal yang termasuk dalam pertanyaan hukum dan kultural.
Min berpendapat bahwa konsep, foto promosi, dan gerakan tari ILLIT mengingatkan pada NewJeans dan ini bukan sekadar kebetulan. Tuduhan itu memicu beragam diskusi di media sosial hingga menjadi berita tingkat nasional di Korea.
Namun, dari sisi hukum, konflik ini tidak sesederhana yang dibayangkan. Sebab, menurut hukum Korea, konsep visual tidak serta merta dilindungi sebagai hak cipta yang bisa dibawa ke pengadilan. Ide besar seperti gaya foto atau tema visual sering dianggap sebagai gagasan (ideas) yang tidak punya status hukum seperti lagu dan lirik.
Baca juga: Netflix Umumkan Sekuel KPop Demon Hunters
Putusan Pengadilan dan Dampaknya
Pada keputusan terbaru, pengadilan Seoul menguatkan bahwa ILLIT tidak terbukti menyalin NewJeans secara hukum, meskipun ada beberapa kemiripan estetika. Hakim menyatakan bahwa kemiripan gaya visual atau konsep tidak cukup kuat untuk dikatakan sebagai pelanggaran hak cipta secara legal.
Putusan ini sekaligus berdampak pada kasus kontrak NewJeans dengan ADOR. Di mana anggota akhirnya kembali ke label lama mereka setelah serangkaian persidangan panjang.
Di sisi lain, keputusan ini juga membuka ruang diskusi lebih jauh mengenai undefined territory yang selama ini masih abu-abu antara inspirasi dan peniruan dalam K-pop. Banyak profesional industri menyatakan bahwa koreografi dan estetika sering terinspirasi dari tren global dan tidak selalu bisa dibuktikan sebagai plagiarisme.
Baca juga: Netflix dan Sony Pictures Siapkan Sekuel KPop Demon Hunters
Fandom, Fan War, dan Reaksi Publik
Selain aspek hukum, perseteruan ini juga memicu fan war besar di komunitas online. Tuduhan, kontra tuduhan, bahkan gugatan hukum sampai menyeret para operator fandom NewJeans. Agensi ILLIT (Billifrap) bahkan menggugat operator komunitas online karena dinilai menyebarkan informasi palsu yang merugikan reputasi mereka.
Respons dari fans sendiri beragam. Beberapa netizen mengecam keras tuduhan plagiarisme dan mengatakan bahwa banyak kemiripan. Itu bersifat tren estetika masa kini (misal: Y2K atau gaya retro) dan bukan hal resmi yang bisa dilihat sebagai pelanggaran.
Komentar dari komunitas online juga menunjukkan bagaimana isu ini tidak hanya tentang musik dan visual. Tetapi juga politik penggemar, loyalitas label, dan tekanan sosial yang terkait dengan identitas fandom.
Baca juga: Film Animasi Netflix ‘KPop Demon Hunters’ Rajai Box Office
Apa Artinya Bagi Industri K-pop?
Kasus NewJeans ILLIT copyright clash bukan semata persoalan dua grup, tetapi membuka percakapan penting tentang aturan hak cipta di K-pop terutama terkait koreografi, visual konsep, dan tren estetika. Hak cipta musik sendiri telah diatur, namun elemen visual seperti gaya foto dan video sering jatuh ke wilayah abu-abu karena bukan ekspresi yang dilindungi secara langsung.
Profesi choreographer juga kini mulai menuntut pengakuan yang lebih besar atas hak cipta gerakan tari yang mereka buat sebuah tanda bahwa industri mungkin perlahan bergerak menuju regulasi yang lebih kuat di masa depan.
Baca juga: Review KPop Demon Hunters Animasi Supernatural yang Menyala
Kasus ini menandakan bahwa industri K-pop perlu memperjelas batas karakter artistik versus hak cipta, sementara fandom dan masyarakat umum harus lebih bijak dalam menilai isu yang bersifat hukum dan budaya. Tuduhan plagiarisme bisa berdampak besar tidak hanya pada individu atau grup, tetapi juga pada reputasi label dan dinamika komunitas penggemar secara keseluruhan. (dny)

