OnlyFans Akhirnya Jadi Situs yang Mainstream?
Share

SUARAGONG.COM – Dalam waktu yang terbilang singkat, OnlyFans telah berubah dari sekadar platform konten dewasa menjadi salah satu raksasa digital paling menguntungkan di dunia. Situs ini kini bukan lagi sekadar tempat bagi kreator konten sensual, tapi juga ladang uang bagi siapa saja yang ingin menjual karya, kelas, hingga hiburan langsung ke penggemarnya.
OnlyFans Berusaha Beralih ke Pasar Mainstream
Namun, di balik kesuksesannya, muncul satu pertanyaan besar: Apakah OnlyFans benar-benar bisa menjadi situs mainstream?
Sejak didirikan, OnlyFans dikenal karena model bisnis langganan berbayarnya yang mengizinkan kreator untuk berinteraksi langsung dengan para penggemar. Platform ini memotong sebagian dari pendapatan kreator—dan justru dari situ, kekayaan luar biasa mengalir ke pemiliknya.
Leonid Radvinsky, investor yang membeli OnlyFans dari pendirinya pada 2018, kini dilaporkan memiliki kekayaan sekitar US$7,8 miliar atau setara Rp129 triliun, menurut Forbes. Dengan valuasi yang kabarnya ditaksir mencapai US$8 miliar (Rp132 triliun), OnlyFans menjadi salah satu perusahaan digital paling berpengaruh di luar lingkaran raksasa seperti Meta atau TikTok.
Namun, pergeseran ke arah arus utama (mainstream) bukan tanpa tantangan. Reputasi masa lalu yang erat dengan konten eksplisit membuat publik dan investor masih berhati-hati. Beberapa pihak bahkan mempertanyakan apakah platform ini benar-benar bisa lepas dari citra lamanya, meski kini telah memperluas jangkauan lewat layanan seperti OnlyFansTV dan mendukung semakin banyak kreator non-dewasa—mulai dari musisi, pelatih kebugaran, hingga chef rumahan.
Baca Juga :China Blokir OnlyFans: Dicap “Penyakit Orang Amerika”
Memanfaatkan OnlyFans Dengan Cara Berbeda
Dalam sebuah dokumenter pendek yang dirilis Bloomberg Originals, tiga kreator menceritakan bagaimana mereka memanfaatkan OnlyFans dengan cara berbeda. Mulai dari berbagi konten edukatif hingga hiburan ringan. Hal ini menunjukkan bahwa transformasi platform ini menuju pasar yang lebih luas bukan sekadar wacana.
Pihak perusahaan menegaskan bahwa mereka kini memiliki sistem moderasi canggih untuk memastikan semua konten yang diunggah sesuai aturan dan hanya diakses oleh pengguna dewasa. Tapi tetap saja, skeptisisme publik sulit dihapus begitu saja.
Pada akhirnya, OnlyFans kini berada di persimpangan antara:
- Mempertahankan citra lamanya yang menguntungkan atau;
- Berani membuka babak baru sebagai platform kreator global yang lebih “bersih”.
Yang jelas, satu hal sudah pasti — di dunia digital yang terus berubah, tidak ada yang benar-benar permanen. Bahkan untuk situs seberani OnlyFans. (Aye/sg)