Type to search

Kesehatan Peristiwa

Paparan Cs-137 Bisa Picu Penyakit Turunan Non-Genetik

Share
BPOM sebut paparan Cs-137 dapat memicu penyakit turunan non-genetik, sementara Kemenkes mengatakan paparan di Cikande belum menimbulkan risiko kesehatan berat.

SUARAGONG.COM – Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar menegaskan paparan radioaktif Cesium-137 (Cs-137) yang ditemukan di kawasan industri Cikande, Serang, Banten, berpotensi memicu “penyakit turunan bukan genetik”. Kondisi ini merujuk pada masalah kesehatan yang dialami setelah terkontaminasi, namun tidak berkaitan dengan perubahan struktur gen atau DNA.

Paparan Radioaktif CS-137 dan Penyakit Turunan Bukan Genetik: BPOM Sediakan Antidot

“Semua zat radioaktif bisa menyebabkan berbagai macam penyakit turunan, tapi bukan dalam arti genetik,” ujar Taruna dalam keterangannya di Gedung BPOM, Jakarta, Jumat (14/11).

Taruna memastikan pemerintah telah menyiapkan prosedur mitigasi terpadu untuk mengantisipasi dampak kesehatan di lapangan. Kementerian Kesehatan menangani pasien secara langsung, sementara BPOM memastikan ketersediaan obat dan antidot bagi warga terdampak tetap aman.

Menurut Taruna, BPOM telah memberikan akses khusus untuk distribusi antidot di wilayah Cikande sebagai langkah cepat menangani risiko paparan. Pemantauan kesehatan warga juga terus dikendalikan Kementerian Kesehatan.

“Domain perawatan pasien itu di Kementerian Kesehatan. Kami menyiapkan obatnya dan memastikan semuanya tersedia,” ujarnya.

Ia mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak termakan isu yang berpotensi menimbulkan kepanikan. Pemerintah, kata dia, akan mengoptimalkan seluruh upaya perlindungan bagi warga di sekitar titik paparan.

Baca Juga :  Publik Cemas Udang Beku RI Terpapar Radioaktif, DPR Desak Pemerintah Transparan

Perspektif Berbeda dari Wamenkes

Namun, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Benjamin Paulus Octavianus memberikan perspektif berbeda. Ia memastikan paparan Cs-137 di Cikande belum menimbulkan risiko kesehatan berat bagi masyarakat.

“Yang jelas dosis yang ada belum menyebabkan nyawa melayang. Kalau dosisnya berbahaya, pasti sudah ada korbannya,” kata Benjamin di Jakarta, Kamis (13/11).

Benjamin menekankan pentingnya kewaspadaan tanpa menimbulkan kegaduhan. Pemerintah, termasuk BPOM, dipastikan akan maksimal dalam mengawasi dan melindungi masyarakat dari potensi pencemaran radioaktif.

“Enggak usah terlalu ragu-ragu. Enggak usah takut, enggak usah bikin kegaduhan,” ujarnya.

Dugaan Muncul dari Udang Beku Ekspor yang Terpapar

Dugaan paparan Cs-137 mencuat setelah dua kontainer alas kaki asal Indonesia ditolak masuk Amerika Serikat karena terindikasi radioaktif. Produk tersebut diketahui berasal dari pabrik di kawasan industri Cikande. Yang mana belakangan ditemukan menyimpan besi tua mengandung Cs-137.

Ahli Epidemiologi dan Kesehatan Lingkungan Universitas Griffith, Dr. Dicky Budiman, PhD, menyebut Cs-137 sebagai isotop peluruhan nuklir yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

“Kalau dosis tinggi dan akut, efeknya bisa muncul dalam hitungan jam hingga hari. Gejalanya seperti mual, muntah, diare, gangguan sumsum tulang, infeksi, hingga kegagalan organ,” ujar Dicky.

Untuk paparan jangka panjang pada dosis menengah dan rendah, risiko yang muncul juga tidak kalah serius.

“Efeknya bersifat akumulatif dan meningkatkan risiko kanker, seperti kanker tiroid, payudara, paru, atau leukemia. Bahkan bisa mengganggu fungsi reproduksi,” katanya.

Efek laten paparan Cs-137 bisa muncul dalam rentang lima hingga dua puluh tahun setelah seseorang terkontaminasi. (Aye/sg)

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *