SUARAGONG.COM – Pernah nggak sih kamu merasa kayak beban hidupmu lebih berat dibandingkan teman-teman lain? Atau mungkin kamu merasa harus berperan sebagai orang dewasa meskipun masih anak-anak? Kalau iya, bisa jadi kamu sedang mengalami yang namanya parentifikasi. Tapi, apa sih sebenarnya parentifikasi itu? Dan bagaimana cara menghadapinya? Yuk, kita bahas lebih dalam!
Apa Itu Parentifikasi?
Parentifikasi adalah kondisi ketika seorang anak merasa atau dipaksa untuk mengambil peran orang tua dalam keluarga. Ini bisa terjadi karena berbagai alasan, seperti adanya masalah dalam keluarga, peran orang tua yang kurang, atau kondisi keluarga yang nggak stabil. Anak yang mengalami parentifikasi sering kali harus mengurus adik-adik, mendengarkan masalah orang tua, atau bahkan mengambil tanggung jawab yang seharusnya tidak dibebankan pada anak seusianya.
Secara sederhana, parentifikasi membuat anak lebih banyak mikirin masalah orang dewasa daripada anak-anak lain pada umumnya. Anak yang mengalami parentifikasi biasanya akan merasa harus menjaga orang tua atau menjadi pengganti figur orang tua yang kurang hadir atau fungsional.
Penyebab Parentifikasi
Penyebab dari parentifikasi bisa bervariasi, tapi beberapa faktor yang sering terlibat antara lain:
Masalah Keluarga
Keluarga dengan masalah besar, seperti perceraian, kecanduan, atau kekerasan rumah tangga, bisa menyebabkan anak merasa harus mengambil peran orang tua untuk menjaga keharmonisan rumah tangga atau menjaga orang tua yang sedang kesulitan.
Kehadiran Orang Tua yang Terbatas
Ketika orang tua harus bekerja keras atau tidak ada di rumah karena alasan tertentu, anak bisa merasa bahwa dia harus mengisi kekosongan itu, terutama dalam hal mengurus adik atau mengelola rumah tangga.
Kondisi Kesehatan Orang Tua
Jika orang tua sakit atau mengalami gangguan mental, anak mungkin merasa perlu untuk merawat mereka, meskipun pada usia yang masih sangat muda.
Peran Orang Tua yang Tidak Tepat
Ada kalanya orang tua secara tidak sadar menempatkan anak dalam posisi sebagai pendengar atau teman curhat. Ini bisa membuat anak merasa harus menanggung beban emosional orang tua, padahal dia belum siap secara mental.
Efek Parentifikasi
Meskipun mungkin dimulai dengan niat baik, parentifikasi punya dampak yang besar, lho. Beberapa efek yang bisa muncul antara lain:
Stres Berlebih
Anak yang mengalami parentifikasi bisa merasa kewalahan karena harus menangani masalah orang dewasa yang seharusnya bukan tanggung jawabnya. Hal ini bisa menyebabkan stres yang berkelanjutan.
Masalah Kesehatan Mental
Anak yang merasa selalu bertanggung jawab terhadap orang lain bisa mengalami kecemasan, depresi, atau gangguan kecemasan. Ini karena mereka merasa tidak punya waktu untuk diri sendiri dan selalu harus memikirkan orang lain.
Kesulitan dalam Membentuk Relasi yang Sehat
Anak yang terlalu cepat mengambil peran orang tua bisa kesulitan dalam hubungan pribadi mereka ketika dewasa. Mereka mungkin merasa kesulitan untuk membedakan antara peran orang tua dan peran pasangan dalam hubungan.
Kurangnya Keterampilan Sosial Anak
Karena anak terlalu fokus mengurus masalah orang tua, mereka mungkin tidak punya banyak waktu untuk bermain atau mengembangkan keterampilan sosial yang penting di usia mereka.
Cara Mengatasi Parentifikasi
Mendapatkan Dukungan Profesional
Jika kamu merasa terjebak dalam peran parentifikasi, berbicara dengan seorang terapis atau konselor bisa sangat membantu. Terapis bisa membantu kamu melepaskan perasaan beban dan belajar untuk menetapkan batasan yang sehat.
Mendiskusikan Masalah Keluarga
Membangun komunikasi terbuka dengan orang tua atau anggota keluarga lain bisa membantu mengurangi beban yang ditanggung anak. Anak harus diberi ruang untuk menjadi anak, bukan menjadi pengganti orang tua.
Membuat Batasan Sehat
Belajar untuk menetapkan batasan adalah hal yang sangat penting dalam mengatasi parentifikasi. Anak perlu tahu kapan mereka boleh membantu dan kapan mereka harus menjaga keseimbangan dalam hidup mereka sendiri.
Mencari Aktivitas yang Menyenangkan
Anak yang terjebak dalam parentifikasi sering kali kehilangan kesempatan untuk menikmati masa kecil mereka. Oleh karena itu, penting untuk menemukan waktu untuk kegiatan yang menyenangkan, seperti bermain dengan teman-teman atau menjalani hobi yang disukai.
Membangun Jaringan Dukungan
Anak yang mengalami parentifikasi perlu memiliki orang dewasa lain di luar keluarga yang bisa menjadi sumber dukungan emosional, seperti gvru, mentor, atau keluarga besar. Ini bisa membantu anak merasa tidak sendirian.
Baca juga: Tips Tepat Digital Parenting
Parentifikasi memang bisa sangat membebani anak, dan dampaknya bisa berlangsung lama jika tidak ditangani dengan baik. Jika kamu merasa mengalami hal ini atau mengenali seseorang yang mengalaminya, penting untuk mencari bantuan dan dukungan agar anak bisa kembali ke peran semestinya sebagai anak-anak. Ingat, anak harusnya bisa menikmati masa kecil mereka tanpa harus merasa terbebani dengan tanggung jawab orang dewasa. (rfr)
Baca Berita Terupdate lainnya melalui google news