Type to search

Malang Pemerintahan

Pemkot Malang Optimis: 41 Persen Kasus ATS Di Kota Malang Tertangani

Share
Dalam setahun terakhir, 41 persen dari total 5.555 kasus ATS di kota malang yang tercatat sepanjang tahun 2024 berhasil ditangani.

SUARAGONG.COM – Pemerintah Kota Malang mencatat kemajuan signifikan dalam penanganan kasus Anak Tidak Sekolah (ATS). Dalam setahun terakhir, 41 persen dari total 5.555 kasus ATS yang tercatat sepanjang tahun 2024 berhasil ditangani. Angka ini menjadi landasan optimisme Pemkot Malang untuk mencapai target Zero ATS di tahun 2025.

Pemkot Optimistis Capai Target Zero Kasus ATS

Dalam kegiatan Diseminasi Hasil Penanganan ATS sebagai dasar penyusunan dokumen perencanaan satuan pendidikan yang digelar di Kota Malang, Wali Kota Malang Wahyu Hidayat menegaskan pentingnya kolaborasi semua pihak demi menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan.

“Persoalan ATS bukan sekadar data statistik. Ini tantangan nyata yang membutuhkan solusi sistemik, kolaboratif, dan berkelanjutan,” tegas Wahyu saat menyampaikan keynote speech, Rabu (11/6/2025).

Baca Juga : Wali Kota Malang Ingatkan Batasan Kegiatan Pemerintah di Hotel

Faktor Penyebab

Wahyu memaparkan bahwa faktor penyebab utama ATS di Kota Malang meliputi kasus putus sekolah (drop out), belum pernah bersekolah, hingga tidak melanjutkan pendidikan setelah lulus. Banyak dari mereka terkendala aspek ekonomi atau bahkan sudah menikah di usia muda.

“Kesadaran masyarakat masih menjadi tantangan. Beberapa anak sudah bekerja dan merasa tidak butuh ijazah. Ada pula yang menikah muda. Tapi kita tetap upayakan untuk menekan angka ATS ini,” ujarnya.

Menurutnya, kasus ATS tersebar merata di tingkat SD, SMP, dan SMA, meskipun pendeteksian di jenjang SMA dinilai lebih sulit. Pemerintah pun terus berupaya melakukan identifikasi dan reintegrasi anak-anak ATS ke dalam sistem pendidikan.

Baca Juga : Sapi Kurban Presiden Prabowo untuk Warga Kota Malang

Sinergi Lintas Sektor Didorong untuk Tangani ATS

Untuk mencapai target zero ATS, Wahyu menekankan perlunya sinergi antarinstansi dan pemangku kepentingan. Ia mendorong satuan pendidikan, dinas terkait, dan masyarakat luas untuk tak berhenti hanya pada pendataan, tetapi juga menyusun rencana aksi konkret yang memberdayakan.

“Saya apresiasi semua pihak yang telah berperan aktif. Mulai dari proses identifikasi, pendampingan, hingga reintegrasi anak-anak kembali ke sekolah,” katanya.

Senada dengan hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang, Suwarjana, menyatakan bahwa upaya penurunan ATS dilakukan bersama sejumlah instansi dan elemen masyarakat.

“Kami menggandeng kecamatan, kelurahan, Dispendukcapil, hingga Tim Penggerak PKK. Beberapa anak memilih tidak melanjutkan sekolah karena sudah bekerja atau menikah. Ini menjadi tantangan serius,” ungkap Suwarjana.

Disdikbud bersama pemangku wilayah terus menggalakkan program edukasi dan sosialisasi untuk menyadarkan pentingnya pendidikan. Suwarjana menegaskan, Pemkot Malang akan terus mengejar target zero ATS pada tahun 2025 dengan berbagai intervensi dan pendekatan yang humanis. (Fat/aye)

Tags:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *