Penampakan Kucing Merah Langka Kalimantan di TN Kayan Mentarang
Share

SUARAGONG.COM – Seekor kucing merah Kalimantan (Catopuma badia), salah satu spesies paling misterius dan langka di dunia, kembali terekam kamera pengintai. Terjadi di kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM). Penampakan tunggal ini terjadi setelah lebih dari dua dekade sejak terakhir kali spesies ini terekam kamera pada tahun 2003.
Spesies Misterius dan Langkah, Kucing merah Kalimantan Terekam Kamera
Dalam video singkat yang diunggah akun Instagram Balai Taman Nasional Kayan Mentarang pada 20 Maret 2025, terlihat seekor kucing merah berjalan lincah melintasi batang kayu roboh. Tubuhnya ramping dengan ekor panjang berwarna cokelat kemerahan keemasan, menandakan karakteristik khas spesies endemik Kalimantan ini.

Diunggah akun Instagram Balai Taman Nasional Kayan Mentarang pada 20 Maret 2025, terlihat seekor kucing merah berjalan lincah melintasi batang kayu roboh. (Ist)
Kepala Balai TNKM, Seno Pramudito, mengonfirmasi bahwa rekaman tersebut merupakan hasil pemasangan kamera intai (camera trap) oleh tim taman nasional yang dimulai sejak 2023. “Ini ditemukan melalui camera trap, yang terakhir terlihat tahun 2003,” ujarnya, dikutip dari Radar Tarakan.
Petugas teknis TNKM, Septian Adi Nugroho, menyebutkan bahwa rekaman ini merupakan hasil dari kamera yang dipasang oleh dua staf lapangan, Josua Wandry Nababan dan Novaldo Markus. Data baru berhasil diunduh pada 2024 dan memperlihatkan satu individu dewasa, meski jenis kelaminnya belum bisa dipastikan. Kamera sebelumnya yang dipasang pada 2021 dan 2022 tidak menangkap penampakan serupa.
Baca Juga : Misteri Kucing Oranye: Mengapa Mereka Bisa Punya Warna Bulu Cerah?
Kucing Misterius dari Hutan Kalimantan
Kucing merah Kalimantan kerap disebut sebagai spesies paling misterius di antara kucing liar dunia. Minimnya informasi tentang perilaku, ekologi, dan populasinya menjadikan setiap penampakan sebagai temuan berharga.
Menurut Wild Cats: Status Survey and Conservation Action Plan terbitan IUCN, deskripsi spesies ini sebagian besar berasal dari kulit dan kerangka yang dikoleksi pada akhir 1800-an. Sampel darah genetik pertama baru diperoleh pada 1992 dari seekor betina yang ditemukan di perbatasan Kalimantan dan Sarawak dalam keadaan mati.
Spesies ini memiliki dua variasi warna—abu-abu dan merah—dengan warna merah yang lebih dominan. Salah satu ciri khas utamanya adalah ekor panjang yang mencapai sekitar 73 persen dari panjang tubuh. Yakni sekitar 39 cm dibanding tubuh 53 cm. Penampilannya mirip dengan kucing emas Asia (Pardofelis temminckii), tetapi secara geografis kucing merah hanya ditemukan di Kalimantan, tidak seperti kerabatnya itu.
Baca Juga : Ilmuwan Hidupkan Spesies Serigala Punah Dire Wolf : 3 Lahir di AS
Populasi Kritis dan Ketergantungan pada Hutan
Melansir dari Mongabay, Hasil penelitian pada 2007 memperkirakan kucing merah dan kucing emas Asia berpisah secara evolusioner sekitar 3,16 juta tahun lalu. Namun, adaptasi yang terbatas membuat kucing merah sangat tergantung pada hutan hujan tropis yang lebat dan tidak terfragmentasi.
Kepadatannya pun sangat rendah. Berdasarkan catatan IUCN, kucing merah diperkirakan hanya berjumlah sekitar 2.200 individu dewasa di alam liar. Atau diketahui sekitar satu individu per 100 km persegi. Spesies ini juga sangat menghindari area hutan terbuka, savana, hingga perkebunan sawit, yang kini kian mendominasi lanskap Kalimantan.
Baca Juga : 24 Ekor Macan Tutul Tertangkap Kamera di TBNS
Tantangan Konservasi dan Harapan yang Masih Ada
Penemuan ini memberikan harapan baru bagi konservasi kucing merah Kalimantan. Namun, ancaman terbesar tetap berasal dari deforestasi dan degradasi habitat akibat ekspansi industri, perkebunan, dan perambahan.
Langkah konservasi mendesak meliputi riset ekologi mendalam, pemetaan distribusi, penguatan kawasan lindung, dan peningkatan edukasi masyarakat terhadap ancaman perburuan liar.
Keberadaan kucing merah Kalimantan dianggap sebagai bioindikator penting dari kelestarian hutan tropis. Selama hutan Kalimantan tetap berdiri tegak, harapan bagi keberlangsungan spesies ini akan terus menyala. (Aye)