Type to search

Probolinggo

Pesona Mistis Dewi Rengganis di The Seven Lakes Festival 2025

Share
penampilan anggun dari Dewi Rengganis dan panggung megah danau Ranu Segaran membuka The Seven Lakes Festival 2025.

SUARAGONG.COM – Nuansa magis menyelimuti Danau Ranu Segaran, Desa Segaran, Kecamatan Tiris, Sabtu (8/11/2025). Denting gamelan berpadu dengan gerak lembut para penari membuka sendratari kolosal “Amuksaning Rengganis”, penampilan anggun dari Dewi Rengganis dan panggung megah danau Ranu Segaran membuka The Seven Lakes Festival 2025.

Pembukaan The Seven Lakes Festival 2025 Bersama Dewi Rengganis 

Pertunjukan garapan Tim Pitoeloengan ini memukau ribuan penonton dengan kisah klasik Dewi Rengganis, sosok legendaris dari lereng Argopuro yang sarat nilai spiritual. Sebanyak 47 seniman tampil di panggung apung di atas Ranu Segaran—gabungan penari, pemusik, dan tiga sinden yang mengiringi kisah penuh pesan moral tersebut.

Dengan latar alami danau dan hutan di sekitarnya, pertunjukan ini memadukan unsur tari, musik, dan cahaya secara harmonis. Setiap gerakan penari berpadu dengan suara alam yang menggema di permukaan air, menciptakan atmosfer spiritual yang kuat dan memesona.

Tokoh utama Dewi Rengganis diperankan oleh Mbak Kenya, seniman asal Bojonegoro yang kini menjadi guru seni di Sidoarjo. Ia tampil anggun dan menjiwai karakter sang dewi dengan penghayatan yang mendalam, memadukan kelembutan, wibawa, dan kekuatan mistis.

Ketua Tim Pitoeloengan, Purnomo, menjelaskan pemilihan Kenya bukan semata karena faktor visual, tetapi juga kualitas artistik.

Baca Juga : Pesona Batik dan Alam Berpadu dalam The Seven Lakes Festival

Legenda Dua Ksatria dan Selendang Merah Rengganis

Sendratari “Amuksaning Rengganis” mengangkat kisah legenda dari masyarakat Tiris. Cerita bermula dari dua ksatria sakti, Raden Tirta dan Raden Segara, murid Begawan Agung dari lereng Gunung Lemongan.

Keduanya diperintahkan untuk melakukan tapa kumkum di Ranu Segaran selama 40 hari 40 malam guna mendapatkan pusaka suci. Namun yang muncul bukan benda pusaka, melainkan selendang merah milik Dewi Rengganis, simbol kemurnian dan kekuatan spiritual.

Ketika Dewi Rengganis menampakkan diri, kedua ksatria itu terpikat oleh kecantikannya dan saling bertarung untuk memperebutkan sang dewi. Pertarungan tersebut menjadi simbol konflik batin manusia antara hawa nafsu dan kebijaksanaan.

“Kisah ini mengajarkan pentingnya pengendalian diri. Mereka gagal bukan karena kurang ilmu, tapi karena kalah oleh nafsu,” jelas Purnomo.

Pada akhir kisah, Dewi Rengganis mengibaskan selendangnya dan menenggelamkan kedua ksatria itu, menjadikan mereka penjaga abadi Ranu Segaran.

Kolaborasi Seni dan Alam Probolinggo

Pementasan berdurasi hampir satu jam ini menjadi sorotan utama festival. Panggung apung dibuat dari rakit besar berlapis rumput sintetis dengan tata cahaya dan suara yang terintegrasi. Meski di alam terbuka, pertunjukan berlangsung lancar dan memukau.

Purnomo menegaskan, di tahun mendatang pihaknya akan lebih banyak melibatkan seniman lokal Kabupaten Probolinggo sebagai bentuk pemberdayaan budaya.

“Kami ingin sendratari ini menjadi ikon wisata budaya Probolinggo. Ke depan, seniman dari MGMP Seni dan sanggar-sanggar lokal akan kami libatkan lebih banyak,” katanya.

Refleksi Spiritual dan Pelestarian Budaya

Sendratari “Amuksaning Rengganis” bukan hanya hiburan visual, tetapi juga sarana edukasi budaya yang mengajarkan nilai moral dan spiritual. Melalui legenda ini, masyarakat diajak merenungkan pentingnya keseimbangan antara kekuatan lahir dan batin.

Festival ini menjadi wadah kolaborasi seniman lintas daerah dan bagian dari upaya pemerintah untuk menjadikan The Seven Lakes Festival sebagai agenda tahunan promosi pariwisata berbasis budaya dan alam. (Duh/Aye/sg)

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69