Type to search

Malang Pemerintahan

Pokja Kota Batu Gelar Sarasehan Refleksi 24 Tahun Otonomi

Share
Peringati HUT ke-24 Kota Batu, Pokja Kota Batu Gelar Sarasehan

SUARAGONG.COM – Rangakaian Peringatan HUT ke-24 Kota Batu otomatis tak lepas dari peran serta Kelompok Kerja (Pokja) Kota Batu yang sangat berperan penting dalam berdirinya Kota Batu. Dalam Menyambut peringatan ke-24 tahun berdirinya Kota Batu, Kelompok Kerja (Pokja) Peningkatan Status Kota Batu menggelar sarasehan bertajuk “Refleksi Menuju Seperempat Abad Kota Batu Sebagai Daerah Otonom.”

HUT ke-24 Kota Batu, Pokja Kota Batu Gelar Sarasehan: Seperempat Abad Daerah Otonom

Acara yang berlangsung di Graha Pancasila Balai kota Among Tani, Selasa (14/10/2025), ini menjadi ajang refleksi sejarah, kritik, dan harapan terhadap arah pembangunan Kota Batu.

Acara sarasehan ini menghadirkan Prof. Dr. Hariyono, Rektor Universitas Negeri Malang, Dr. Slamet Hendro Kusumo, Ketua Advokasi Pokja Peningkatan Status Kota Batu, dengan moderator Dr. Slamet Muchsin, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Islam Malang (UNISMA).

Peringati HUT ke-24 Kota Batu, Pokja Kota Batu Gelar Sarasehan

Pokja Kota Batu Gelar Sarasehan bertajuk “Refleksi Menuju Seperempat Abad Kota Batu Sebagai Daerah Otonom.” (mf/pers)

Ketua Panitia, Drs. Sumiantoro, dalam laporannya menegaskan bahwa sarasehan ini merupakan momen refleksi untuk mengingat kembali semangat awal berdirinya Kota Batu. Ia juga berharap agar pemimpin Kota Batu saat ini dapat melanjutkan cita-cita tersebut dengan lebih visioner dan berpihak pada kepentingan masyarakat.

“Pokja harus selalu menjaga watak kritisnya. Saat dulu peningkatan status Kota Batu, kami ditanya apakah siap bertanggung jawab. Kami siap, dan kami ingin terus menjaga Kota Batu ke depan,” ujarnya.

Baca Juga : Restorative Justice Cara Baru Kota Batu Bikin Hukum Lebih Humanis

Arah Pembangunan Berkelanjutan Kota Batu

Ketua Presidium Pokja, Andrek Prana, dalam sambutannya memberikan apresiasi kepada seluruh tokoh dan pemimpin Kota Batu dari masa ke masa. Mulai dari Imam Kabul hingga Aries Agung Paewai. Ia juga menyampaikan kegelisahan terhadap arah pembangunan kota yang dinilai belum memiliki konsep berkelanjutan.

“Kota Batu tidak punya konsep yang jelas, konsep yang bisa melindungi wilayah dan diikuti siapapun wali kotanya. Padahal dulu, kami membawa satu konsep sederhana tapi kuat: “Batu Kota Bernuansa Desa”. Konsep ini harus dipertahankan karena menjadi ruh dari berdirinya kota ini,” jelasnya.

Andrek juga menegaskan bahwa budaya, sejarah, dan karakter desa yang menjadi identitas Batu harus tetap dijaga, terutama oleh para kepala desa dan generasi muda. Ia juga mengumumkan rencana reorganisasi Pokja agar lebih inklusif dengan melibatkan generasi muda.

Sebagai bentuk dukungan terhadap pelayanan publik, Polres Kota Batu turut memberikan hadiah berupa Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) di tingkat kecamatan yang akan diresmikan keesokan harinya sebagai kado untuk Hari Jadi Kota Batu.

Wali Kota Batu, Nurochman, dalam sambutannya menegaskan bahwa semangat pendirian Kota Batu harus terus dihidupkan. Ia menekankan pentingnya menjaga jati diri Kota Batu yang berpijak pada nilai-nilai “Batu Kota Bernuansa Desa.”

“Kita berterima kasih pada para pendahulu yang telah meletakkan fondasi kokoh bagi kota ini. Momentum hari jadi ke-24 adalah saat untuk merefleksikan apakah kita sudah berjalan sesuai harapan pendirian Kota Batu,” ujar Nurochman.

Pentingnya Inovasi dan Menjaga Kultural

Ia juga menyoroti pentingnya inovasi tanpa kehilangan akar kultural. “Mari membangun Kota Batu dengan karakteristik kita sendiri. Jadilah orang yang mengendorse Kota Batu dengan cara apa pun, dari tutur, media sosial, hingga tindakan nyata. Kolaborasi adalah kunci,” tambahnya.

Melalui sarasehan menjelang seperempat abad berdirinya Kota Batu sebagai daerah otonom ini, serta dengan adanya dialog lintas generasi, para tokoh, akademisi, dan pemerintah, besar harapan nantinya akan didapatkan kesepakatan untuk meneguhkan kembali jati diri Kota Batu sebagai “Kota Bernuansa Desa”, sebuah filosofi yang menempatkan kearifan lokal, harmoni alam, dan gotong royong sebagai fondasi pembangunan berkelanjutan. (mf/aye/adv)

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69