Polinema Bikin Inovasi di TPST 3R Mulyoagung
Share

SUARAGONG.COM – Upaya untuk mengelola sampah dan menghasilkan energi ramah lingkungan kini makin serius digarap. Tim pengabdian masyarakat dari Politeknik Negeri Malang (Polinema) baru saja melaksanakan program keren bertajuk “Optimasi Konversi Energi Potensi Biodegradable Waste” di TPST 3R Mulyoagung, Kabupaten Malang.
Polinema Bikin Inovasi di TPST 3R Mulyoagung
Dipimpin oleh Prof. Mochammad Junus, program ini melibatkan dosen lintas jurusan seperti Asalil Mustain, Indra Lukmana Putra, dan juga mahasiswa dari Teknik Kimia, Teknik Elektro, Teknik Informatika, hingga Akuntansi. Semua turun langsung ke lapangan buat nyatuin ilmu demi nyelesain masalah lingkungan.
Ubah Sampah Jadi Energi, Bukan Lagi Masalah
TPST 3R Mulyoagung selama ini dikenal sebagai pengelola sampah berbasis masyarakat yang aktif. Tapi, limbah organik seperti sisa makanan, daun, hingga limbah pertanian ternyata masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal limbah-limbah ini punya potensi besar buat dijadikan energi terbarukan.
Melihat peluang itu, tim Polinema merancang program yang fokus pada analisis potensi biomassa lokal, desain sistem konversi energi yang efisien, sampai pemilihan teknologi yang pas. Salah satu teknologi andalannya adalah bioreaktor anaerobik buat bikin biogas dari limbah organik, dan alat pemilah sampah otomatis berbasis sensor dan sistem digital.
Kolaborasi Teknik & Manajemen, Gak Cuma Pasang Alat
Yang menarik, program ini gak cuma digarap sama anak teknik aja. Ada kolaborasi bareng anak Akuntansi juga lho. Indra Lukmana Putra, dosen Akuntansi Manajemen, ikut mengawal strategi pelibatan warga dan pelatihan operasional teknologi.
“Kami tidak hanya memasang teknologi, tapi juga memastikan masyarakat bisa menggunakannya secara mandiri dan berkelanjutan. Edukasi dan pendampingan menjadi kunci dari keberhasilan program ini,” jelas Indra.
Mahasiswa Teknik Kimia terlibat dalam desain dan pengoperasian reaktor biogas. Anak Teknik Elektro ngurusin sistem kelistrikan dan kontrolnya. Sementara, mahasiswa Teknik Informatika ngebuat antarmuka digital buat alat pemilah sampah biar makin gampang dipakai warga lokal.
Simulasi, Pemasangan Alat, hingga Pelatihan Warga
Sebelum alat dipasang di TPST 3R Mulyoagung, tim sempat melakukan uji coba skala kecil di laboratorium kampus. Setelah semuanya oke, sistem langsung diboyong ke lapangan.
Selama proses di lapangan, tim juga melakukan simulasi konversi energi, cek performa sistem, dan pantau hasil energi dari biogas maupun residu pupuk cair. Dari hasil awal, pengolahan 100 kg sampah organik per hari bisa menghasilkan biogas cukup buat masak di dapur komunitas sekitar TPST. Keren, kan?
Bukan cuma pasang alat, Polinema juga menggelar pelatihan bareng masyarakat, terutama pengelola TPST dan kader lingkungan desa. Mereka diajari cara pakai alatnya, cara rawat sistem, hingga manfaat biogas dan pentingnya ekonomi sirkular.
Baca Juga : Langkah Polinema Jadi Kampus Internasional Dimulai dari Sipil
Gak Cuma Satu Arah, Tapi Belajar Bareng
Program ini jadi bukti nyata komitmen Polinema buat dukung target SDGs (Sustainable Development Goals), terutama soal energi bersih, kota berkelanjutan, dan aksi iklim. Gak cuma soal transfer teknologi, tapi juga soal berbagi pengetahuan dan tumbuh bareng masyarakat.
“Kami berharap program ini menjadi titik awal perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat terhadap sampah, dari yang semula dianggap beban menjadi sumber daya,” ujar Prof. Mochammad Junus.
Gak berhenti di situ, tim Polinema punya rencana buat lanjutkan program ini dengan sistem monitoring berbasis IoT, pengolahan pupuk cair organik, sampai model bisnis mikro energi terbarukan. Semua ini dijalanin bareng warga dan pemerintah desa, biar makin banyak desa lain bisa ngikutin jejaknya.
Dengan semangat kolaborasi, Polinema ingin dorong transisi menuju ekonomi hijau yang inklusif dan tahan banting. Salut buat timnya!
(ind/Aye)