Malang, Suaragong – Menyelami nostalgia dunia telekomunikasi zaman dahulu, kita tak bisa melewatkan profesi unik bernama “Pentil Kecakot”. Jangan terkecoh oleh namanya yang mungkin terkesan konyol. Di balik istilah ini tersimpan sebuah pekerjaan yang benar-benar menuntut kesabaran dan keterampilan luar biasa. Akronim dari Penjaga Tilpun Kecamatan Kota ini menjadi kunci utama bagi sistem telekomunikasi pada masa itu. Kemajuan jaman, kadang membuat lupa akan sejarah. Seperti di dunia komunikasi misalnya.
Di masa lalu, untuk melakukan panggilan telepon, seseorang harus melewati “Pentil Kecakot” yang bertugas di kantor pusat telekomunikasi kota. Bayangkan saja, alih-alih menekan tombol di layar ponsel, Anda harus berurusan dengan manusia nyata yang menghubungkan setiap panggilan. Jika hari ini kita mengeluh saat menunggu beberapa menit di call center bank, bayangkan betapa lamanya menunggu sambungan telepon interlokal di era ini yang bisa memakan waktu satu hingga dua jam!
Pekerjaan ini memang memerlukan kemampuan berkomunikasi yang serba bisa. Selain bahasa lokal, pentil kecakot juga harus fasih dalam bahasa Belanda. Jadi, ketika seseorang memutar nomor telepon, pentil kecakot yang berbicara langsung harus bisa mengatasi segala macam bahasa dan dialek dengan tenang. Dan, seperti layaknya operator call center saat ini, mereka harus menghadapi berbagai keluhan dan permintaan dengan sabar.
Namun Sejak terbangunnya infrastruktur telepon nirkabel atau telepon seluler, orang enggan untuk beralih ke telepon jadul seperti halnya jaringan telepon rumah. Bahkan saat ini, kios-kios telepon umum atau dulu lebih dikenali dengan sebutan Wartel (warung telekomunikasi) sudah lenyap ditelan bumi.
Masyarakat lebih gandrung dengan telepon seluler. Apalagi dengan hadirnya gadget berbasis android dengan benaman berbagai fitur media sosial super canggih. Selain lebih mudah berkomunikasi dengan sentuhan jari, user juga bisa mengeksplorasi diri melalui gambar atau noving image.
Lantas bagaimana kilas balik kehadiran dunia komunikasi di jaman dulu? Dan bagaimana urgensinya komunikasi dengan jaringan kabel tersebut bagi kehidupan masyarakat termasuk dunia birokrasi kala itu. Dikala alat komunikasi berbasis jaringan kabel sangat membantu kehidupan masyarakat yang butuh informasi atau komunikasi secara cepat. Sampai-sampai sangking krusialnya fungsi telepon jaringan kabel saat itu, pernah ada sebutan “Pentil Kecakot”. Istilah ini sangat familiar di telinga masyarakat, apalagi kalangan pegawai negeri sipil (PNS) kala itu. Pentil Kecakot itu kepanjangan dari penjaga telepon kecamatan kota. Istilah tersebut unik, agar lebih memudahkan mengingat petugas jaga telepon, istilah unik yang di jaman digital ini masih terus terngiang.
Baca juga : Meta Batalkan Pengembangan Headset MR
Meskipun pekerjaan ini mungkin terlihat kuno atau bahkan konyol dari sudut pandang modern, pada zamannya, pentil kecakot memegang peranan penting dalam memastikan komunikasi berjalan lancar. Mereka bukan hanya penghubung, tetapi juga pilar utama yang memastikan bahwa berita dan informasi bisa menyebar dengan efisien ke berbagai penjuru. Jadi, sebelum Anda melampiaskan kemarahan kepada operator telepon modern, ingatlah betapa menantangnya tugas dari pentil kecakot di masa lalu!
Dengan perkembangan teknologi yang pesat, peran mereka kini mungkin hanya tinggal kenangan. Namun, jangan lupakan bahwa setiap teknologi baru selalu dibangun di atas fondasi pekerjaan seperti yang dilakukan oleh pentil kecakot. Jadi, mari kita beri penghargaan kepada mereka dengan cara yang sederhana: bersabar dan bersyukur atas kemudahan komunikasi yang kita nikmati hari ini. (Ind)
Comments 1