Refleksi May Day: Kesejahteraan Buruh dan Dominasi AI
Share

SUARAGONG.COM – Tanggal 1 Mei setiap tahunnya selalu identik dengan peringatan Hari Buruh Internasional, atau yang sering kita kenal sebagai May Day. Buat sebagian orang, ini mungkin cuma hari libur nasional.
Baca Juga: Apa Itu May Day Besok? Ini Maksudnya!
Tapi di balik itu, ada sejarah panjang perjuangan para pekerja dari seluruh dunia untuk mendapatkan upah layak, waktu kerja yang manusiawi, dan kehidupan yang lebih baik.
Zaman Yang Berbeda Bagi Buruh Sedunia
Sekarang, di tahun 2025, kita hidup di zaman yang sangat berbeda. Teknologi berkembang super cepat, terutama dengan kehadiran Artificial Intelligence (AI).
Teknologi ini udah masuk ke hampir semua bidang kerja, mulai dari industri pabrik, layanan pelanggan, sampai pekerjaan kreatif kayak nulis konten, desain, dan bahkan programming.
Di satu sisi, AI memang bikin kerja jadi lebih efisien. Tapi di sisi lain, muncul satu pertanyaan penting: gimana nasib para pekerja terutama buruh, di era yang makin dikuasai mesin dan algoritma?
Banyak pekerjaan yang dulunya dikerjakan manusia, sekarang bisa digantikan AI. Ini bukan cuma tentang robot di pabrik, tapi juga chatbot yang menggantikan customer service, software editing otomatis, sampai AI yang bisa menulis artikel kayak ini.
Kalau nggak siap, jutaan pekerja bisa kehilangan pekerjaan. Dan ini bukan cuma masalah skill, tapi juga soal akses ke pelatihan, perlindungan hukum, dan sistem yang adil.
Diversifikasi Skill dan Kompetensi Harus Jadi PR Buat Kita Semua
Nah, sebagai generasi muda, apalagi Gen Z yang sekarang udah mulai masuk dunia kerja, kita punya tanggung jawab untuk lebih peduli soal isu ini.
Jangan cuma mikirin gaji tinggi atau kerjaan yang flexible, tapi juga tentang gimana kita bisa ikut menjaga agar semua pekerja tetap punya masa depan yang aman dan manusiawi di tengah perubahan zaman.
Kesejahteraan buruh hari ini harus mencakup lebih dari sekadar upah minimum. Harus ada ruang untuk reskilling (pelatihan ulang), akses pendidikan teknologi yang merata, serta perlindungan terhadap eksploitasi di platform digital.
Kita juga perlu mendesak pemerintah dan perusahaan untuk membuat kebijakan yang nggak cuma berpihak pada efisiensi teknologi, tapi juga memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan.
AI bukan musuh, tapi kita juga nggak bisa pasrah sama arus. Kita harus jadi bagian dari perubahan itu. Kalau kamu kerja di industri kreatif, teknologi, atau bahkan sektor informal, penting buat paham bagaimana AI bisa mempengaruhi jenis kerjaanmu ke depan. Jangan tunggu sampai posisi kamu diganti AI, baru panik.
May Day bukan cuma tentang buruh pabrik atau pekerja formal. Ini tentang semua orang yang hidup dari hasil kerja—termasuk freelancer, ojek online, barista, content creator, sampai programmer. Kita semua bagian dari ekosistem yang sama.
Apakah Buruh Sedunia Siap Untuk Menghadapi Masa Depan Kerja Digital?
Jadi, di Hari Buruh ini, yuk kita refleksi bareng. Apakah kita udah cukup siap menghadapi masa depan kerja yang makin digital? Apakah kita udah cukup vokal memperjuangkan hak-hak para pekerja di sekitar kita? Dan yang paling penting, apakah kita masih mengutamakan sisi manusia dalam setiap kemajuan teknologi?
Karena pada akhirnya, teknologi boleh canggih, tapi tanpa keadilan untuk semua pekerja, kita cuma menciptakan masa depan yang timpang. (PGN)
Baca Juga Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google News