Remiliterisasi Jerman Makin Gencar, Ada Apa?
Share

SUARAGONG.COM – Ada apa dengan remiliterisasi Jerman? Pasca Perang Dunia II, Jerman dikenal sebagai negara yang sangat berhati-hati dalam urusan militer.
Baca Juga: Berpikir Kritis di Era Post Truth: Menolak Populisme Media Sosial
Sejarah kelam masa Nazi membuat publik dan pemerintah Jerman cenderung menghindari segala bentuk ekspansi kekuatan militer secara agresif.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, Jerman mulai mengubah arah kebijakan luar negeri dan keamanannya secara drastis. Fenomena ini kini dikenal sebagai remiliterisasi Jerman. Pertanyaannya: kenapa sekarang?
Dari Dingin ke Panas: Dunia Tak Lagi Sama
Selama era Perang Dingin, Jerman Barat memang berada dalam payung NATO, tapi sebagian besar tanggung jawab keamanan Eropa ada di tangan Amerika Serikat. Setelah reunifikasi Jerman tahun 1990 dan runtuhnya Uni Soviet, Eropa masuk era damai.
Krisis bersenjata dianggap sebagai sesuatu yang “jauh dari rumah”, dan anggaran militer banyak negara Eropa, termasuk Jerman, dipangkas besar-besaran.
Namun, semua berubah saat Rusia menyerang Ukraina. Serangan ini memukul keras rasa aman negara-negara Eropa, termasuk Jerman. Kanselir Olaf Scholz menyebut momen ini sebagai “Zeitenwende” atau “titik balik sejarah”.
Bukan lagi era damai semu, tapi zaman baru yang menuntut kesiapan militer, dan Jerman tidak bisa lagi bergantung sepenuhnya pada Amerika Serikat atau sekutunya.
Remiliterisasi Buat Anggaran Militer Melejit
Sebagai respons atas krisis Ukraina, Jerman mengumumkan paket dana khusus sebesar 100 miliar euro untuk memodernisasi Bundeswehr (angkatan bersenjata Jerman).
Ini adalah investasi militer terbesar Jerman sejak Perang Dunia II. Tidak hanya itu, Jerman juga berkomitmen untuk menaikkan anggaran pertahanannya ke 2 persen dari PDB, sesuai standar NATO yang selama ini sulit mereka penuhi.
Dari pembelian jet tempur F-35 buatan AS, kendaraan lapis baja, sistem pertahanan udara, hingga investasi dalam pertahanan siber, Jerman kini memposisikan dirinya sebagai kekuatan militer utama di Eropa.
NATO dan Kepemimpinan Regional
Langkah Jerman ini bukan hanya soal bertahan, tapi juga mengambil peran kepemimpinan regional. Perang Ukraina telah menunjukkan bahwa Eropa butuh “penyeimbang” selain AS.
Prancis memang punya kekuatan militer besar, tapi Jerman memiliki keunggulan ekonomi yang bisa menopang kekuatan militer secara jangka panjang.
Dengan meningkatnya tensi antara NATO dan Rusia, remiliterisasi Jerman juga dimaknai sebagai upaya untuk memperkuat pertahanan kolektif Eropa.
Mereka kini lebih aktif dalam latihan militer bersama, pengiriman bantuan senjata ke Ukraina, dan menyuplai logistik ke sekutu NATO di Eropa Timur.
Tantangan Internal: Publik dan Sejarah
Namun, remiliterisasi ini bukan tanpa resistensi. Sejumlah kalangan di Jerman masih skeptis. Ada kekhawatiran bahwa peningkatan kekuatan militer bisa mengikis nilai-nilai damai yang telah lama menjadi identitas Jerman pasca-1945.
Bagi sebagian generasi muda dan kelompok kiri, membesarkan anggaran militer dianggap sebagai langkah mundur dari semangat anti-perang.
Survei yang dilakukan DW menunjukkan bahwa generasi muda Jerman terpecah: sebagian mendukung langkah ini demi keamanan, tapi ada juga yang khawatir Jerman akan terjebak dalam konflik global.
Masa Depan Eropa Ada di Jerman?
Langkah Jerman ini pada akhirnya menegaskan satu hal: dunia telah berubah. Invasi, perang terbuka, dan ancaman siber bukan lagi cerita negara lain, ini adalah kenyataan geopolitik baru.
Dengan ekonomi terbesar di Eropa dan posisi strategis di NATO, Jerman kini berada di titik krusial: antara mempertahankan komitmennya terhadap perdamaian, dan kebutuhan nyata untuk menjaga diri serta sekutu.
Remiliterisasi bukan berarti Jerman akan jadi agresor seperti masa lalu. Tapi ini adalah bentuk adaptasi terhadap realitas global yang semakin tidak pasti.
Dunia tidak lagi bisa mengandalkan diplomasi saja, dan Jerman, dengan segala beban sejarahnya, kini memilih untuk bangkit, bersenjata, dan bersiap. (PGN)
Baca Juga Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google News