SUARAGONG.COM – Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengungkapkan rencana besar pemerintah untuk memperbarui catatan sejarah Indonesia. Hal ini disampaikan saat ia menghadiri Musyawarah Nasional Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) di Bandung, Sabtu (14/12). Inisiatif ini dilakukan sebagai bagian dari persiapan menyongsong peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia pada tahun 2025.
Menurut Fadli, revisi ini bukan sekadar seremonial, melainkan kebutuhan mendesak demi menciptakan narasi sejarah yang lebih akurat dan membanggakan. Salah satu temuan penting yang menjadi dasar pembaruan ini adalah penelitian terbaru di situs Gua Leang-Leang, Maros, Sulawesi Selatan. Situs prasejarah ini kini diperkirakan berusia 40.000 hingga 52.000 tahun, jauh lebih tua dibandingkan perkiraan sebelumnya yang hanya 5.000 tahun.
Mengangkat Kepercayaan Diri Bangsa Melalui Sejarah
Ketua Umum MSI, Prof. Dr. Agus Mulyana, menekankan bahwa pembaruan data sejarah dapat menjadi energi positif bagi bangsa. Ia mengungkapkan bahwa selama ini masyarakat Indonesia sering merasa minder ketika membandingkan sejarahnya dengan negara lain.
“Penelitian menunjukkan bahwa masa prasejarah kita lebih panjang dibandingkan Mesir atau Eropa. Ini seharusnya menjadi kebanggaan kita,” kata Agus.
Ia juga menyoroti pentingnya meluruskan narasi sejarah kolonial. Salah satu contohnya adalah mitos “350 tahun dijajah Belanda” yang dianggap menyederhanakan kompleksitas sejarah. Agus menjelaskan bahwa wilayah seperti Aceh, hingga tahun 1920-an dan 1930-an, belum sepenuhnya tunduk pada Belanda. “Kita bukan bangsa yang kalah, dan narasi ini harus diperbaiki,” tegasnya.
Tidak hanya soal prasejarah, revisi ini juga mencakup periodisasi sejarah nasional. MSI berencana memperluas periodisasi sejarah yang saat ini terbagi dalam 10 jilid, dari masa prasejarah hingga era reformasi.
“Kami berharap periodisasi ini diperbarui hingga era sekarang, termasuk mencatat masa kepemimpinan Presiden Prabowo. Penulisan sejarah harus relevan dengan konteks kekinian,” ungkap Agus.
Baca juga : Kementerian Kebudayaan Gandeng Swasta, Tambah Layar Bioskop di 17 Kabupaten di Jawa
Menghubungkan Sejarah dengan Generasi Muda
Fadli Zon berharap revisi sejarah ini dapat menjadi jembatan antara generasi muda dan identitas bangsa. Salah satu langkah penting yang direncanakan adalah menjadikan sejarah kembali sebagai mata pelajaran wajib di sekolah.
“Sejarah yang lengkap dan relevan tidak hanya menjadi dokumen masa lalu, tetapi juga sumber kebanggaan untuk masa depan bangsa,” pungkas Fadli.
Dengan inisiatif ini, Indonesia tidak hanya memperbaiki catatan masa lalu, tetapi juga membangun narasi yang lebih kuat untuk menginspirasi generasi mendatang. (acs)
Baca berita terupdate kami lainnya melalui google news