Ribuan Ubur-Ubur Serbu Perairan Paiton Kabupaten Probolinggo
Share

SUARAGONG.COM – . Video tersebut menunjukkan upaya penyedotan ubur-ubur secara masif untuk mencegah hewan laut tersebut masuk ke dalam sistem instalasi pembangkit Paiton Kabupaten Probolinggo. Kejadian ini memicu kekhawatiran publik terhadap dampak ekologis dan potensi gangguan terhadap operasional salah satu PLTU terbesar di Indonesia.
Penyedotan Ribuan Ubur-Ubur di Perairan Paiton Kabupaten Probolinggo
PLTU Paiton Probolinggo merupakan tulang punggung pasokan listrik untuk Jawa dan Bali, sehingga setiap gangguan teknis yang bersumber dari faktor eksternal, seperti ledakan populasi ubur-ubur berpotensi memengaruhi ketersediaan energi nasional. Pihak pengelola proyek merespons cepat fenomena ini dengan menerjunkan tim teknis guna mengurangi jumlah ubur-ubur di sekitar jalur air masuk.
Fenomena Bloom Ubur-Ubur dan Pemicu Ekologis
Kemunculan ubur-ubur secara besar-besaran atau yang dikenal sebagai jellyfish bloom bukanlah peristiwa langka di dunia kelautan. Namun, kejadian dalam skala besar seperti yang terjadi di Paiton terbilang jarang terjadi di wilayah ini. Bloom ubur-ubur biasanya terjadi karena kombinasi perubahan suhu laut, lonjakan nutrien, serta minimnya predator alami seperti penyu dan ikan besar.
Menurut analisis Pusat Riset Oseanografi BRIN, ledakan populasi ubur-ubur sering kali terjadi di perairan dengan kadar nutrien tinggi atau eutrofik, kondisi yang dapat disebabkan oleh limbah domestik dan pertanian yang mengalir ke laut. Akumulasi nutrien tersebut menyebabkan pertumbuhan plankton sebagai makanan utama ubur-ubur, sehingga mempercepat proses reproduksi mereka.
Selain faktor nutrien, perubahan iklim turut menjadi variabel penting. Laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) menyebutkan bahwa peningkatan suhu permukaan laut telah memicu migrasi berbagai spesies laut, termasuk ubur-ubur, ke wilayah yang sebelumnya bukan habitat utama mereka. Ini menyebabkan gangguan baru dalam ekosistem lokal yang belum siap menerima populasi invasif tersebut.
Baca Juga : Fenomena Kemarau Basah Melanda Indonesia, Sampai Kapan?
Ancaman Nyata bagi Infrastruktur Vital
Kehadiran ubur-ubur dalam jumlah besar dapat menyebabkan penyumbatan pada sistem intake air laut yang digunakan untuk pendinginan mesin di PLTU Paiton Probolinggo. Sistem ini sangat tergantung pada kelancaran aliran air laut. Jika terjadi penyumbatan, maka sistem pendingin tidak dapat berfungsi secara optimal, yang dapat memaksa pembangkit mengurangi beban kerja atau bahkan menghentikan operasional sementara.
Kasus serupa pernah terjadi di Filipina pada 2014, di mana ratusan ton ubur-ubur menyumbat sistem pendingin pembangkit nuklir, menyebabkan pemadaman listrik besar-besaran. Oleh karena itu, tindakan preventif yang dilakukan di PLTU Paiton menjadi langkah krusial untuk menjaga kestabilan sistem kelistrikan nasional.
Selain dampak teknis, bloom ubur-ubur juga merugikan nelayan. Jaring tangkap mereka rusak karena tersangkut ubur-ubur, dan hasil tangkapan ikan menurun karena kompetisi makanan di laut yang meningkat serta rusaknya ekosistem.
Pihak pengelola PLTU Paiton, dibantu oleh tenaga teknis, melakukan penyedotan ubur-ubur dari pintu air menggunakan alat khusus. Langkah ini dilakukan sebagai solusi cepat guna menjaga stabilitas operasional. Namun demikian, solusi jangka panjang perlu dikaji secara komprehensif.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo melalui Dinas Kelautan dan Perikanan telah diimbau untuk melakukan kajian terhadap kondisi perairan sekitar proyek PLTU. Kolaborasi dengan instansi pusat seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sangat diperlukan untuk mengidentifikasi penyebab utama dan pola siklus kemunculan ubur-ubur.
Selain itu, edukasi kepada masyarakat pesisir juga menjadi penting. Beberapa spesies ubur-ubur diketahui memiliki racun yang berbahaya bagi manusia. Penanganan tanpa perlindungan bisa menyebabkan luka serius, bahkan reaksi alergi parah. Maka dari itu, langkah mitigasi bencana ekologis seperti ini harus melibatkan semua elemen, termasuk nelayan dan masyarakat pesisir.
Baca Juga : Fenomena “Dedi Phobia” Viral di TikTok
Perlu Inovasi Teknologi dan Sistem Pemantauan
Untuk mencegah terulangnya insiden serupa di masa depan, pengelola pembangkit disarankan untuk mengembangkan sistem filter biologis. Serta akan menggunakan alat pendeteksi dini berbasis sensor laut. Teknologi ini dapat mendeteksi konsentrasi ubur-ubur di sekitar saluran air dan memberikan peringatan kepada operator sebelum kondisi memburuk.
Studi berkelanjutan juga diperlukan untuk memahami pola migrasi ubur-ubur di wilayah pantai utara Jawa Timur. Data historis dan pemetaan suhu laut serta kepadatan plankton akan menjadi dasar yang kuat dalam merumuskan kebijakan perlindungan ekosistem laut yang adaptif terhadap perubahan iklim.
Kejadian di Probolinggo menjadi pengingat bahwa perubahan kecil dalam lingkungan laut dapat berdampak besar terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Bahkan sampai infrastruktur penting milik negara. Respons yang cepat, strategi mitigasi berbasis data, serta kolaborasi antar lembaga menjadi kunci menghadapi tantangan ekologis masa kini dan mendatang. (Duh/aye)