Type to search

Gaya Hidup

Rusia Blokir Roblox karena Tuduhan Konten Tak Pantas

Share
Platform gim populer Roblox resmi diblokir di Rusia, Jutaan pengguna akses terputus, Diduga adanya konten Tak pantas dan LGBT

SUARAGONG.COM – Platform gim populer Roblox resmi diblokir di Rusia. Jutaan pengguna akses terputus di negara tersebut. Kebijakan ini dilaporkan sejumlah media lokal setelah badan komunikasi Rusia, Roskomnadzor, menyebut Roblox “penuh dengan konten tidak pantas yang berdampak negatif pada perkembangan spiritual dan moral anak-anak,” termasuk tuduhan adanya “propaganda LGBT.”

Rusia Blokir Roblox, Roskomnadzor Tuduh Ada Konten Tak Pantas dan Propaganda LGBT

Roblox sebelumnya menjadi salah satu platform gim yang berkembang pesat di Rusia. Pada 2022, CEO Roblox Dave Baszucki menyebut pengguna aktif harian di negara itu mencapai dua juta dan terus meningkat. Secara global, jumlah pengguna Roblox kini telah lebih dari dua kali lipat dibanding tahun tersebut.

Menanggapi pemblokiran ini, Roblox menyatakan tetap menghormati hukum di setiap negara tempat mereka beroperasi. “Kami percaya Roblox menyediakan ruang positif untuk pembelajaran, kreasi, dan koneksi yang bermakna. Kami juga memiliki komitmen kuat terhadap keamanan dengan langkah preventif untuk mendeteksi konten berbahaya,” tulis Roblox dalam keterangan resmi.

Baca Juga : Grow a Garden dan Jailbreak, 2 Gim Viral Roblox Siap Jadi Film

Sejak 2019

Menurut kantor berita pemerintah Rusia, Tass, Roskomnadzor telah berulang kali mengirimkan pemberitahuan sejak 2019 agar Roblox membatasi akses terhadap materi terlarang. Namun dianggap tidak cukup.

Pemblokiran ini mengikuti langkah sejumlah negara seperti Irak, Oman, Qatar, dan Turki yang sebelumnya menutup akses Roblox dengan alasan keselamatan anak. Tahun lalu, Roblox mengajukan banding atas pelarangannya di Turki, setelah otoritas setempat menyampaikan kekhawatiran mengenai kekerasan seksual dan konten homoseksualitas virtual.

Awal tahun ini, Roblox memperkenalkan label konten untuk gim yang memuat isu sensitif seperti kesetaraan pernikahan, imigrasi, hingga vaksinasi. Namun, kebijakan ini dikritik beberapa kelompok advokasi karena dianggap menghambat ekspresi kreatif. (Aye/sg)

Tags:

You Might also Like