Malang, Suara gong – Kampung Tua Peneleh merupakan salah satu kawasan bersejarah di Kota Surabaya, Jawa Timur, yang menyimpan banyak cerita masa lampau. Terletak di pusat kota, Kampung Tua Peneleh ini tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kota pahlawan, tetapi juga menjadi cerminan dari keberagaman budaya dan kehidupan sosial masyarakat Surabaya sejak zaman kolonial hingga sekarang.
Asal-Usul dan Nama Peneleh
Nama Peneleh berasal dari kata “Penileh”, yang dalam bahasa Jawa Kuno berarti “sungai kecil”. Kawasan ini memang berada di dekat Kali Mas, sungai yang membelah kota Surabaya.
Sejak masa kolonial Belanda, Peneleh telah menjadi kawasan yang ramai, dengan penduduk yang beragam, mulai dari pribumi, Belanda, Arab, hingga Tionghoa.
Peran Penting di Era Kolonial
Pada abad ke-18, Peneleh dikenal sebagai salah satu pusat kegiatan ekonomi dan sosial di Surabaya. Banyak pedagang dan pengrajin menetap di sini, menjadikannya salah satu kampung yang cukup makmur.
Selain itu, kawasan ini juga menjadi tempat tinggal bagi banyak pejabat kolonial Belanda. Beberapa bangunan bersejarah, seperti rumah-rumah bergaya arsitektur Belanda, masih bisa ditemukan di Peneleh, meskipun sebagian besar sudah mengalami renovasi dan perubahan fungsi.
Makam Peneleh
Salah satu situs penting di Kampung Peneleh adalah Makam Peneleh. Makam ini adalah tempat peristirahatan terakhir banyak tokoh penting, termasuk pejabat kolonial dan orang-orang Belanda yang tinggal di Surabaya.
Didirikan pada abad ke-19, Makam Peneleh mencerminkan keragaman budaya dan agama yang ada di Surabaya pada masa itu. Beberapa makam masih memiliki nisan bergaya Eropa dengan inskripsi dalam bahasa Belanda, memberikan gambaran tentang kehidupan dan kematian di masa kolonial.
Bangunan Bersejarah
Kampung Tua Peneleh juga memiliki banyak bangunan bersejarah yang menambah nilai historis kawasan ini. Salah satu yang paling terkenal adalah Rumah HOS Tjokroaminoto. Rumah ini pernah menjadi tempat tinggal HOS Tjokroaminoto, seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Di rumah inilah banyak tokoh pergerakan, termasuk Soekarno, sering berkumpul dan berdiskusi tentang masa depan bangsa. Rumah ini kini dijadikan museum yang terbuka untuk umum, memungkinkan pengunjung untuk melihat lebih dekat jejak perjuangan para pahlawan nasional.
Kampung Tua Peneleh tidak hanya dikenal karena sejarahnya, tetapi juga karena kehidupan sosial dan budayanya yang kaya.
Penduduk Peneleh hidup berdampingan dengan harmonis, menciptakan lingkungan yang penuh dengan keragaman budaya. Setiap hari, kawasan ini dipenuhi dengan aktivitas warga, mulai dari berjualan di pasar tradisional hingga kegiatan keagamaan di masjid dan gereja.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Lansia Ditemukan Tewas Bersimbah Darah di Surabaya
Upaya Pelestarian
Seiring dengan perkembangan zaman, Kampung Tua Peneleh menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan keaslian dan nilai historisnya. Banyak bangunan tua yang terancam hilang karena modernisasi dan pembangunan. Namun, berbagai upaya pelestarian terus dilakukan oleh pemerintah kota dan komunitas lokal.
Program revitalisasi kawasan dan promosi pariwisata berbasis sejarah menjadi langkah-langkah penting untuk menjaga warisan berharga ini.
Sejarah Kampung Tua Peneleh adalah permata tersembunyi di tengah hiruk-pikuk Kota Surabaya. Dengan segala kekayaan sejarah dan budayanya, kampung ini mengajak setiap pengunjung untuk menyelami masa lalu dan memahami perjalanan panjang yang telah ditempuh oleh kota pahlawan. Upaya pelestarian dan promosi wisata sejarah harus terus ditingkatkan agar generasi mendatang dapat terus menikmati dan menghargai warisan berharga ini. (acs)
Comments 1