Sekolah Sepi Murid, SDN Warujinggo 2 Probolinggo Terancam Tutup
Share

SUARAGONG.COM – Sekolah Dasar Negeri (SDN) Warujinggo 2 di Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo tengah menghadapi ancaman serius penutupan akibat tidak adanya siswa baru selama dua tahun berturut-turut. Dalam proses Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ajaran 2024 dan 2025, tidak satu pun siswa yang mendaftar, membuat sejumlah ruang kelas dibiarkan kosong tanpa aktivitas pembelajaran.
Fenomena ini mencuatkan keprihatinan dari berbagai pihak, terutama di kalangan tenaga pendidik yang masih bertahan menjaga eksistensi sekolah. Hingga pertengahan Juli 2025, hanya tersisa 15 siswa aktif di seluruh jenjang, yakni 6 siswa kelas 3, 5 siswa kelas 4, dan 4 siswa kelas 6.
SDN Warujinggo 2 Kabupaten Probolinggo Terancam Tutup Akibat Tidak Ada Murid Baru
Menurut Kepala Sekolah SDN Warujinggo 2, Indrati Susilo, lokasi sekolah yang berada di perbatasan Kota Probolinggo menjadi salah satu faktor utama menurunnya animo pendaftaran. Sekolah ini dikepung oleh banyak lembaga pendidikan swasta yang menawarkan fasilitas dan pendekatan promosi yang lebih agresif.
Pihak sekolah mengaku telah melakukan berbagai sosialisasi kepada masyarakat sekitar, namun upaya tersebut belum membuahkan hasil. “Kami sudah mengedukasi masyarakat secara langsung, bahkan ikut dalam forum-forum desa. Tapi tetap saja belum ada hasil signifikan,” terang Indrati.
Padahal, SDN Warujinggo 2 tercatat memiliki sejarah panjang sebagai salah satu sekolah dasar negeri tertua di wilayah tersebut. Sekolah ini pernah mencatat jumlah siswa mencapai lebih dari 200 pada era 1990-an hingga awal 2000-an, dengan lulusan yang banyak diterima di SMP favorit di Kabupaten maupun Kota Probolinggo.
Baca Juga : Gubernur Jatim Tinjau Hari Pertama Sekolah Rakyat Kota Probolinggo
Dampak Sosial dan Psikologis bagi Siswa
Kondisi kekurangan siswa juga memberikan dampak emosional terhadap anak-anak yang masih aktif belajar. Vika Anjani, siswa kelas 6, mengungkapkan rasa kesepian karena minimnya teman sekelas. “Kadang merasa sepi. Nggak banyak yang bisa diajak main atau diskusi,” ungkapnya.
Situasi ini membuat proses belajar mengajar menjadi kurang optimal, meski para guru tetap menjalankan kewajiban mereka secara maksimal. Pembelajaran dilakukan dalam kelompok kecil dengan model penggabungan kelas jika diperlukan, meski hal ini menantang dari sisi efektivitas kurikulum.
Baca Juga : Kekurangan Murid, Ketua DPRD Kota Malang Libatkan Sekolah Swasta
Semangat Guru Menjaga Sekolah Tetap Hidup
Di tengah ancaman penutupan, semangat para guru untuk mempertahankan keberadaan SDN Warujinggo 2 patut diapresiasi. Sebanyak empat tenaga pengajar yang masih aktif bergiliran membersihkan ruang kelas dan mengajar para siswa yang tersisa. Mereka berharap ada perhatian khusus dari pemerintah daerah.
“Kami tetap hadir setiap hari. Tidak hanya mengajar, kami juga menjaga kebersihan dan keamanan sekolah agar tetap layak ditempati. Ini soal komitmen,” tutur salah satu guru yang enggan disebut namanya. (Duh/aye)