Type to search

Jombang

Pemuda Jombang Lestarikan Sablon Cukil Kayu di Era Digital

Share
seni sablon cukil kayu

SUARAGONG.COM – Saat dunia percetakan semakin dikuasai teknologi digital yang cepat dan instan, seorang pemuda asal Bareng, Jombang, justru memilih jalan berbeda. Ia adalah Imron Hamid, akrab disapa Ipung (39), yang konsisten menggeluti seni sablon cukil kayu sebagai jalur kreatifnya.

Bertahan dengan Teknik Tradisional

Di rumah sederhananya di Desa Bareng, Kecamatan Bareng, selembar kayu bukan sekadar potongan batang pohon. Di tangan Ipung, kayu disulap menjadi media penuh makna. Ia mencukil, mengukir, hingga menghasilkan pola yang nantinya digunakan untuk sablon.

“Ini mencukil, nantinya bisa dibuat sablon,” ujar Ipung sambil menunjukkan karyanya bergambar dua petani yang sedang bekerja.

Prosesnya tidak instan. Mulai dari memilih kayu yang tepat, meraut, hingga mencukil dengan detail tinggi. Untuk karya kecil, ia bisa menyelesaikan dalam seminggu, sementara karya besar bisa memakan waktu hingga sebulan.

Baca juga: Wayang Masuk Sekolah Jombang Warsubi Dorong Pelestarian Budaya

Berkarya Tanpa Pendidikan Formal

Menariknya, Ipung menekuni seni cukil sejak lebih dari 10 tahun lalu tanpa pernah mengenyam pendidikan seni formal. Ia belajar secara otodidak, dibantu interaksi dengan teman-temannya dari Jawa Tengah hingga mahasiswa ISI.

Usaha sablon cukilnya resmi berdiri sejak 2015. Kini, karyanya bisa diaplikasikan di berbagai media seperti kaus, kertas, hingga sampul buku. Harga yang ditawarkan pun bervariasi, mulai Rp800 ribu untuk sablon kaus hingga Rp1,5 juta untuk sampul buku. Meski terbilang mahal, peminatnya datang dari berbagai daerah, mulai Jakarta, Bali, hingga Jawa Tengah.

Baca juga: Insiden Santri Terjebak Borgol Hebohkan Jombang

Seni dengan Nilai Sejarah

Bagi Ipung, seni sablon cukil kayu bukan hanya soal keindahan visual, tapi juga sarat nilai historis. Seni ini, menurutnya, sudah ada sejak masa kolonial Belanda. Kala itu, sablon cukil digunakan untuk membuat poster propaganda perjuangan karena pengerjaannya cepat dan bisa diproduksi massal.

”Seni ini menarik, tampilannya sederhana tapi pesannya kuat dan dramatis,” ungkap Ipung. Karena itulah, banyak karyanya yang mengangkat kehidupan masyarakat tradisional, petani, hingga nilai perjuangan.

Baginya, sablon cukil adalah pengingat bahwa keindahan lahir dari ketekunan, bukan sekadar kecepatan.

Baca juga: Rehabilitasi Pasar Ploso Jombang Pedagang Dapat Relokasi

Seni Sablon Cukil Kayu di Era Digital

Ipung menjadi salah satu contoh anak muda yang berani melawan arus modernisasi dengan tetap menjaga warisan budaya. Karya seni sablon cukil kayu miliknya bukan hanya diminati sebagai produk seni, tetapi juga sebagai simbol pelestarian tradisi. Dengan kreativitas dan semangatnya, ia menunjukkan bahwa seni tradisional masih relevan di tengah gempuran teknologi modern. (rfr/dny)

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69