SUARAGONG.COM – Sebagai salah satu negara yang paling lantang dalam menyuarakan dukungan bagi Palestina, Indonesia terus menunjukkan komitmennya dalam menentang penjajahan Israel di wilayah tersebut. Berbagai langkah diplomasi dilakukan untuk mendukung perjuangan Palestina menjadi negara merdeka dan berdaulat, salah satunya melalui pendekatan shuttle diplomacy.
Apa Itu Shuttle Diplomacy?
Menurut Cambridge Dictionary, shuttle diplomacy adalah metode diskusi antara dua atau lebih negara di mana seorang diplomat melakukan perjalanan ke berbagai negara, berdialog dengan pemerintah terkait, menyampaikan pesan, dan menawarkan solusi untuk menyelesaikan konflik. Dalam kasus Palestina, Indonesia memainkan peran sebagai pihak ketiga yang menjadi penengah, sementara pihak-pihak yang berselisih—Israel dan Palestina—tidak terlibat kontak langsung.
Upaya ini terlihat nyata dalam berbagai forum global, terutama saat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengalami kebuntuan dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata akibat perbedaan pendapat.
Langkah Konkret Indonesia melalui Shuttle Diplomacy
Kunjungan ke Amerika Serikat
Pada 13 November 2023, Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke Amerika Serikat dengan membawa pesan penting terkait konflik Palestina-Israel. Dalam pertemuan ini, Presiden menekankan:
- Pentingnya penghentian kekerasan di Jalur Gaza.
- Kebutuhan mendesak untuk gencatan senjata.
- Kemudahan akses bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza.
Diplomasi ke Tiongkok dan Rusia
Indonesia juga menggalang dukungan dari anggota tetap DK PBB lainnya. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi terbang ke Tiongkok untuk mendorong negara tersebut mendukung percepatan gencatan senjata. Upaya serupa dilakukan saat Retno mengunjungi Rusia pada 21 November 2023, di mana ia menyampaikan permintaan agar Rusia, yang memiliki hak veto di DK PBB, turut mendukung penghentian konflik.
Kunjungan ke Inggris dan Prancis
Setelah Rusia, Retno melanjutkan perjalanan ke Inggris dan Prancis untuk mendorong kedua negara mengambil langkah serupa. Indonesia berusaha membangun komunikasi intensif dengan lima anggota tetap DK PBB—Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, Inggris, dan Prancis—yang memiliki hak veto dalam pengambilan keputusan internasional.
Baca juga : Reuni Akbar 212: Semangat Umat, Solidaritas Palestina, dan Arah Politik
Apresiasi Internasional terhadap Indonesia
Upaya diplomasi Indonesia mendapat pengakuan dari Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, yang mengapresiasi kontribusi Indonesia dalam mendorong perdamaian dunia. Langkah ini juga mencerminkan peran Indonesia sebagai bridge builder atau jembatan perdamaian internasional.
Komitmen ini sejalan dengan amanat UUD 1945 untuk melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi, kemerdekaan, dan keadilan sosial. Indonesia terus berupaya menunjukkan peran aktifnya dalam mewujudkan perdamaian global, termasuk perjuangan kemerdekaan Palestina. (acs)
Baca berita terupdate kami lainnya melalui google news