Type to search

Malang

Drainase Malang Bermasalah Ini Rekomendasi Polinema Atasi Banjir

Share
drainase Kota Malang

MALANG, SUARAGONG.COM – Kota Malang sebagai salah satu pusat pertumbuhan utama di Jawa Timur tengah menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sistem drainase perkotaan. Peningkatan jumlah penduduk serta pembangunan infrastruktur yang masif telah menyebabkan lonjakan debit limpasan air hujan, memicu terjadinya genangan hingga banjir di sejumlah kawasan.

Akademisi dari Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang (Polinema) menilai perlunya evaluasi menyeluruh terhadap sistem drainase untuk mengantisipasi dampak perubahan tata guna lahan dan perubahan iklim.

Masalah Utama Drainase Kota Malang Saluran Tidak Memadai

Menurut Mochammad Zenurianto, Kepala Jurusan Teknik Sipil Polinema, permasalahan utama drainase di Kota Malang adalah penurunan kualitas dan kapasitas saluran. Banyak saluran mengalami penyempitan akibat sedimentasi, sampah, serta alih fungsi lahan, sehingga tidak mampu mengalirkan air secara optimal.

“Banyak saluran yang sudah tidak sesuai secara dimensi. Beberapa bahkan tertutup bangunan atau sudah tidak berfungsi karena tertimbun material,” ujarnya dalam seminar evaluasi infrastruktur, Senin (5/5).

Baca juga: APD Langkah Awal Menuju Profesionalisme Teknik Sipil Polinema Malang

Kajian Ilmiah Data Curah Hujan dan Analisis Hidrologi

Tim Teknik Sipil Polinema menggunakan pendekatan ilmiah berbasis data dalam mengevaluasi sistem drainase. Studi ini melibatkan data curah hujan dari stasiun Bululawang, Sukun, dan Ciliwung, serta informasi topografi, dimensi saluran, dan kondisi eksisting.

Langkah awal dilakukan dengan analisis data curah hujan maksimum tahunan selama 10–20 tahun terakhir, menggunakan metode kurva massa ganda untuk memastikan keandalan data. Selanjutnya, dilakukan perhitungan intensitas hujan dan runoff (debit aliran permukaan) untuk menilai kapasitas saluran.

Baca juga: Napak Tilas Jurusan Teknik Sipil Polinema

Penyebab Banjir Perubahan Tata Guna Lahan Tanpa Drainase yang Memadai

Studi menunjukkan bahwa alih fungsi lahan menjadi penyebab utama meningkatnya volume air hujan yang tidak terserap. Perluasan perumahan, pusat perbelanjaan, dan jalan raya tanpa sistem drainase yang memadai telah menurunkan daya serap wilayah.

“Wilayah seperti Blimbing, Lowokwaru, dan sebagian Sukun sering tergenang saat musim hujan karena saluran tidak lagi mampu menampung debit air,” jelas Zenurianto.

Banyak saluran yang tertutup bangunan liar atau tertimbun sedimentasi, dan sebagian besar sudah berusia tua, sehingga memerlukan intervensi teknis dan kebijakan tata kota yang lebih tegas.

Baca juga: DIV Manajemen Konstruksi Polinema Dapat Akreditasi Unggul dari LAM Teknik!!

Rekomendasi Solusi Drainase Kota Malang

Berdasarkan hasil kajian, tim Polinema memberikan beberapa rekomendasi strategis untuk mengatasi permasalahan drainase di Kota Malang:

  1. Revitalisasi saluran drainase utama berdasarkan data dan prioritas wilayah rawan genangan.

  2. Pembangunan drainase sekunder dan tersier di kawasan padat penduduk dan pembangunan.

  3. Edukasi publik tentang pentingnya menjaga saluran dan tidak membuang sampah sembarangan.

  4. Penegakan regulasi lingkungan untuk mencegah pembangunan liar yang merusak sistem aliran.

  5. Adopsi konsep green infrastructure, seperti taman resapan, sumur resapan, dan ruang terbuka hijau (RTH).

Baca juga: Mohamad Zenurianto Prospek Karir Lulusan Teknik Sipil Polinema

Kolaborasi Akademisi dan Pemerintah untuk Drainase Berkelanjutan

Polinema berharap studi ini menjadi dasar bagi Pemkot Malang dalam merancang sistem drainase baru yang adaptif dan berkelanjutan. Zenurianto menegaskan kesiapan institusinya untuk berkolaborasi dalam menyusun masterplan drainase kota berbasis data.

“Ini bukan hanya tentang infrastruktur, tapi juga soal keselamatan dan kualitas hidup masyarakat Kota Malang,” tegasnya.

Drainase Tangguh untuk Kota yang Tumbuh

Dengan pertumbuhan kota yang pesat, sistem drainase Kota Malang harus segera ditingkatkan. Kajian akademik dari Polinema menunjukkan bahwa perencanaan drainase berbasis data, kolaborasi lintas sektor, serta keterlibatan masyarakat adalah kunci untuk menciptakan infrastruktur tahan banjir dan ramah lingkungan. (ind/dny)

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *