Malang, Suaragong – Sebagai Kota Pendidikan, Kota Malang memiliki banyak fasilitas pendukung untuk menambah keyamanan para siswa dan siswinya, salah satunya adalah Bus Halokes (Bus Antar Jemput Sekolah, Red). Akan tetapi terdapat pro dan kontra dalam praktik dilapangan. Seperti beberapa waktu lalu terjadi demo sopir angkot di depan Balaikota Malang. Hal ini disebabkan permintaan para sopir agar Halokes dapat dikonversi menjadi angkutan kota. Saat dikonfirmasi oleh awak media, Kepala Dinas Perhubungan, Widjaja, menerangkan perlu adanya kajian dan analisa yang lebih mendalam oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud).
Karena bus sekolah ini merupakan program dari Disdikbud. “Perlu adanya analisa. Karena tahun lalu diadakan bis angkutan bagi siswa juga melalui proses analisa. Tujuannya untuk memperingan Masyarakat,” terangnya.
Untuk itu Widjaja menyampaikan pada para sopir angkutan kota agar mencari trobosan bagaimana bisa bersaing dengan layanan transportasi online. Tetapi tidak bisa dipungkiri dengan teknologi yang semakin berkembang pada saat ini, sopir angkot kalah bersaing dengan jasa angkutan on line.
“Kami sudah sepakat dengan sopir-sopir angkutan kota ini melalui diskusi, bersama-sama mencari solusi bagaimana caranya angkutan kota ini dapat hidup kembali,” sambungnya.
Disinggung mengenai bus sekolah yang nantinya tidak dapat diahli fungsikan ke angkutan kota. Kata Widjaja harus bersama-sama mencari jalan keluarnya.
Baca juga : Dishub Ajak Sopir Angkot Tingkatkan Pelayanan
“Seperti itu tadi bagaimana caranya angkutan kota ini hidup. Kalo bisa angkutan pribadi itu dikurangi. Yang menjadi fokus kami adalah angkutan publik bisa hidup kembali,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan, untuk sementara ini pihaknya memberikan subsidi kepada para sopir angkutan kota. Dan sebagaimana program dari kementerian perhubungan yakni Buy The Service (BTS).
“Program Buy The Service ini akan segera ter realisasi tergantung dari provinsi,”tandasnya. ( fat/man)