Studio Ghibli dan Penerbit Besar Jepang Tuntut OpenAI Soal Hak Cipta
Share
SUARAGONG.COM – Studio legendaris Ghibli bersama sejumlah penerbit raksasa Jepang resmi menggugat OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT dan model video AI terbaru, Sora 2. Gugatan ini diajukan karena mereka menilai OpenAI telah menggunakan karya berhak cipta tanpa izin. Yang mana untuk melatih model kecerdasan buatan tersebut.

Studio Ghibli/ist
Studio Ghibli Gugat OpenAI soal Pelanggaran Hak Cipta
Langkah hukum ini difasilitasi oleh The Content Overseas Distribution Association (CODA), lembaga antipembajakan yang mewakili sejumlah nama besar di industri kreatif Jepang. Seperti Bandai Namco, Square Enix, Aniplex, Kadokawa, dan Shueisha.
“Sebagian besar hasil video Sora 2 terlihat sangat mirip dengan karya atau gambar Jepang yang dilindungi hak cipta,” ujar CODA dalam keterangan resminya. “Menyalin karya tanpa izin dapat dianggap sebagai pelanggaran hak cipta.”
Menurut laporan The Verge, Rabu (5/11/2025), Sora 2 — model AI video generatif yang dirilis OpenAI pada 30 September lalu — mampu menghasilkan video bergaya Jepang dengan sangat realistis. Namun, kesuksesan teknologi ini justru memicu reaksi keras dari pemerintah Jepang dan komunitas kreator.
Baca Juga : Tren Ghibli Dorong ChatGPT Jadi Aplikasi Paling Banyak Diunduh
Viralnya “Ghibli Style”
Popularitas gaya “Ghibli Style” yang sempat viral di ChatGPT beberapa bulan sebelumnya turut memperkeruh suasana. Fitur itu memungkinkan pengguna mengubah foto pribadi menjadi ilustrasi seperti film-film karya Studio Ghibli. Bahkan, CEO OpenAI Sam Altman sempat memasang avatar bergaya Ghibli di akun X (Twitter)-nya.
Meski Altman telah berjanji untuk memperbaiki sistem opt-out, di mana pemilik hak cipta bisa meminta karyanya tidak digunakan untuk pelatihan AI, CODA menilai langkah tersebut belum menyentuh akar masalah.

Logo OpenAI/Ist
Tuntutan Yang Diajukan CODA
Dalam tuntutannya, CODA meminta dua hal utama:
- OpenAI harus menghentikan penggunaan karya anggota CODA untuk pembelajaran mesin tanpa izin.
- OpenAI wajib menjawab secara terbuka klaim pelanggaran hak cipta terkait output Sora 2.
“Perkembangan teknologi AI tidak boleh mengorbankan hak cipta. Kami berharap OpenAI mau bekerja sama membangun sistem yang adil bagi kreator,” tegas CODA.
Kasus ini menambah daftar panjang kontroversi hukum yang dihadapi OpenAI, seiring meningkatnya kekhawatiran dunia kreatif atas penggunaan karya berhak cipta untuk melatih kecerdasan buatan. (Aye/sg)

