Tantangan Pendidikan Indonesia: Tiga Masalah Utama
Share

Suaragong.com – Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan besar dalam sektor pendidikan. Di tengah upaya pemerintah melakukan berbagai reformasi, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak isu mendasar yang perlu segera ditangani.
Mulai dari kekerasan di sekolah, kesenjangan digital, hingga kualitas tenaga pengajar yang belum merata semuanya menjadi indikator bahwa sistem pendidikan nasional membutuhkan perhatian serius dan langkah konkret.
Menurut Indra Lukmana Putra, akademisi pemerhati pendidikan dari Politeknik Negeri Malang, urgensi pembenahan pendidikan Indonesia tidak hanya soal kekerasan atau kualitas tenaga pengajar semata.
“Relevansi kurikulum, kesejahteraan tenaga pengajar, dan kesetaraan siswa dalam mengakses pendidikan berkualitas adalah isu strategis yang tidak boleh dikesampingkan,” tegas Indra.
Kekerasan di Sekolah: Ancaman Serius bagi Lingkungan Belajar
Kasus kekerasan di sekolah semakin mendapat sorotan publik dalam beberapa tahun terakhir.
Bentuknya beragam, mulai dari perundungan (bullying), kekerasan fisik, hingga kekerasan seksual. Bahkan, intoleransi antar siswa juga kerap kali menjadi pemicu konflik horizontal yang berlarut-larut.
“Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman, bukan malah menjadi tempat siswa merasa terancam,” ujar Indra.
Ia menekankan perlunya sistem pelaporan kekerasan yang lebih responsif, pembinaan karakter sejak dini, dan pelatihan tenaga pengajar dalam menangani konflik psikologis siswa.
Kesenjangan Digital: Belajar dari Pandemi
Pandemi COVID-19 membuka mata banyak pihak terhadap kesenjangan digital yang nyata di Indonesia.
Banyak siswa di daerah terpencil tidak memiliki akses terhadap perangkat digital maupun jaringan internet yang memadai.
Hal ini membuat pembelajaran daring hanya efektif bagi sebagian kecil pelajar di wilayah perkotaan atau keluarga menengah ke atas.
“Kita tidak bisa berbicara soal digitalisasi pendidikan jika masih ada anak yang harus naik bukit demi sinyal,” ujar Indra.
Pemerintah didorong untuk memperluas akses infrastruktur digital serta menyediakan bantuan perangkat dan kuota secara adil bagi siswa kurang mampu.
Kualitas Tenaga Pengajar Masih Jadi PR Besar
Tenaga Pengajar adalah ujung tombak pendidikan, namun kualitas pengajaran di Indonesia masih sangat bervariasi.
Masih banyak tenaga pengajar yang belum mendapatkan pelatihan berkelanjutan atau belum menguasai pendekatan pengajaran yang sesuai dengan zaman.
“Peningkatan kapasitas tenaga pengajar harus dijadikan prioritas nasional,” kata Indra.
Menurutnya, program pelatihan tenaga pengajar harus lebih terintegrasi, adaptif terhadap perkembangan teknologi, serta memberikan ruang inovasi bagi para pendidik.
Kurikulum: Apakah Sudah Relevan?
Meski pemerintah telah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sebagai salah satu solusi, masih banyak pihak yang mempertanyakan relevansi kurikulum saat ini terhadap kebutuhan dunia kerja dan kehidupan nyata.
Materi pelajaran yang terlalu teoritis dan padat membuat siswa sulit memahami aplikasinya di dunia nyata.
“Kurikulum harus responsif terhadap perubahan zaman, bukan sekadar mengikuti standar lama,” ujar Indra.
Ia menambahkan bahwa pendidikan harus mempersiapkan siswa tidak hanya menjadi pekerja, tapi juga warga negara yang kritis, kreatif, dan adaptif.
Kesejahteraan Tenaga Pengajar: Masih Jauh dari Ideal
Isu kesejahteraan tenaga pengajar juga tak kalah penting. Banyak tenaga pengajar, terutama honorer, masih menerima upah yang jauh dari kata layak.
Minimnya tunjangan dan fasilitas mengajar membuat profesi tenaga pengajar tidak cukup menarik bagi generasi muda yang berprestasi.
“Bagaimana kita bisa mengharapkan tenaga pengajar berkualitas jika mereka harus bekerja sambilan untuk memenuhi kebutuhan hidup?” tanya Indra.
Ia menyerukan perbaikan sistem penggajian dan perlindungan kerja bagi para tenaga pengajar.
Kesetaraan Akses dan Kualitas Pendidikan
Masalah ketimpangan pendidikan masih mencolok di Indonesia. Siswa di kota besar memiliki akses ke fasilitas yang lebih baik, tenaga pengajar berkualitas, dan berbagai program tambahan.
Sementara itu, siswa di daerah tertinggal kerap harus berjuang hanya untuk mendapatkan tenaga pengajar tetap atau buku pelajaran.
“Kesetaraan dalam pendidikan bukan hanya soal akses, tapi juga soal kualitas dan kesempatan,” ujar Indra. Ia menekankan bahwa keadilan pendidikan harus menjadi bagian dari visi pembangunan nasional.
Teknologi: Solusi atau Tantangan Baru?
Penerapan teknologi dalam pendidikan, seperti pembelajaran daring, penggunaan kecerdasan buatan (AI), dan platform digital kini semakin berkembang.
Namun, hal ini juga menimbulkan tantangan baru, seperti ketergantungan pada perangkat, pengawasan konten, dan kesiapan tenaga pengajar dalam memanfaatkan teknologi.
Indra menyarankan agar adopsi teknologi dilakukan secara bertahap dan merata, dengan mempertimbangkan kesiapan semua pihak, termasuk siswa di daerah yang minim fasilitas.
Sistem pendidikan nasional terus mengalami perubahan, termasuk penerapan Kurikulum Merdeka dan sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).
Namun, perubahan ini perlu disertai evaluasi menyeluruh dan pelibatan aktif masyarakat.
Selain pemerintah, sekolah, dan tenaga pengajar, peran keluarga dan masyarakat juga krusial dalam membentuk ekosistem pendidikan yang sehat.
“Kita perlu gotong royong dalam pendidikan, bukan hanya mengandalkan satu pihak,” tutup Indra.
Isu-isu dalam pendidikan Indonesia saat ini bukanlah masalah baru, namun jika tidak ditangani secara menyeluruh dan serius, kualitas generasi masa depan bangsa bisa terancam.
Kuncinya terletak pada kolaborasi lintas sektor dan keberanian untuk melakukan reformasi mendalam.
Baca Juga : Menag: Pendidikan Keagamaan Jadi Penjaga Moral di Tengah Derasnya Era Digital
Jangan Lupa ikuti terus Informasi, Berita artikel paling Update dan Trending Di Media Suaragong !!!. Jangan lupa untuk ikuti Akun Sosial Media Suaragong agar tidak ketinggalan di : Instagram, Facebook, dan X (Twitter). (ind/Fz)
Baca Juga Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google News