SUARAGONG.COM – Saat Halloween tiba, mungkin bukan hanya maraton film horor yang membuat Anda terjaga. Mimpi buruk mungkin merupakan bagian dari pengalaman manusia, tetapi apakah Anda pernah bertanya-tanya apakah Anda mengalami teror malam? Terbangun di tengah malam, berkeringat, detak jantung berdebar, dan pikiran yang meyakinkan Anda akan bahaya adalah pengalaman yang terlalu akrab bagi banyak orang. Namun, berapa banyak dari kita yang tahu perbedaan antara teror malam dan mimpi buruk?
Mimpi Buruk dan Teror Malam
Mimpi buruk adalah mimpi yang terjadi saat Anda sedang tidur nyenyak, umumnya muncul selama fase tidur REM. Mimpi buruk jarang melibatkan gerakan serius dan seringkali dapat diingat, setidaknya sebagian, saat bangun. Di sisi lain, teror malam memiliki beberapa perbedaan signifikan.
Apa Itu Teror Malam?
Teror malam, atau sleep terrors, adalah jenis gangguan tidur yang mempengaruhi sekitar 2% orang dewasa dan hingga 6% anak-anak. Dalam panduan ini, kita akan lebih fokus pada bagaimana teror malam mempengaruhi orang dewasa. Teror malam dicirikan oleh episode ketakutan yang terjadi selama tidur non-REM dan dapat melibatkan teriakan, gerakan menggeliat, menangis, dan ledakan emosi lainnya. Berbeda dengan mimpi buruk, teror malam jarang diingat setelah episode berakhir. Gejala teror malam meliputi:
- Menangis
- Pupil melebar
- Pernapasan cepat
- Detak jantung cepat
- Teriakan
- Berkeringat
- Menggeliat
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala-gejala ini, penting untuk mencari saran dari profesional medis untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Apa yang Menyebabkan Teror Malam pada Orang Dewasa?
Hingga saat ini, belum ada konsensus yang jelas mengenai penyebab teror malam pada orang dewasa. Beberapa peneliti percaya bahwa ada predisposisi genetik yang berperan, sementara penelitian menunjukkan adanya korelasi antara teror malam dengan demam, penyakit, aktivitas fisik yang berlebihan, serta konsumsi kafein atau alkohol yang tinggi, kurang tidur, kelelahan, dan stres emosional. Ada juga anggapan bahwa teror malam pada orang dewasa sangat terkait dengan gangguan stres, seperti gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Apakah Teror Malam Disebabkan oleh Kecemasan?
Para peneliti telah lama mengetahui bahwa kesulitan tidur cukup umum terjadi pada individu yang mengalami gangguan kecemasan. Insomnia dan mimpi buruk bahkan termasuk dalam definisi beberapa gangguan kecemasan, seperti PTSD. Dalam banyak kasus, pengobatan yang berhasil untuk kecemasan sering kali berdampak positif pada kualitas tidur. Secara umum, teror malam tampaknya lebih sering terjadi ketika sistem saraf pusat beraktivitas berlebihan selama tidur. Kecemasan dan stres dapat menyebabkan peningkatan aktivitas ini. Bagi mereka yang pernah mengalami mimpi cemas, mungkin bisa memahami kondisi ini.
Bahkan bagi mereka yang belum pernah mengalami teror malam, sulitnya mendapatkan tidur yang berkualitas ketika pergi tidur dalam keadaan cemas adalah hal yang umum. Ketika pikiran terfokus pada perasaan bahaya atau ketidakamanan, tubuh dapat kesulitan merespons hal lain. Dalam beberapa kasus, orang dapat terbangun sebagian saat tubuh mengalami gejala stres yang kuat, dan ini bisa memicu teror malam.
Trauma dapat menyebabkan kombinasi antara kecemasan dan penekanan emosi, yang dapat meningkatkan frekuensi baik mimpi buruk maupun teror malam. Apa yang kita hindari dan tekan selama siang hari mungkin akan terlepas saat kita tidur. Ini mungkin berkaitan dengan seberapa aktif amigdala—bagian otak yang berhubungan dengan emosi—selama mimpi. Namun, meskipun ini dapat menjelaskan penyebab mimpi buruk karena terjadi selama fase tidur REM, hubungan dengan teror malam mungkin lebih lemah, karena teror malam biasanya terjadi sebelum otak memasuki keadaan bermimpi.
Baca juga : Health Optimization dengan Biohacking
Pengobatan untuk Teror Malam pada Orang Dewasa
Meskipun penyebab teror malam pada orang dewasa belum sepenuhnya dipahami, ada beberapa pilihan pengobatan yang telah dieksplorasi oleh para ahli medis. Efektivitas pengobatan ini dapat bervariasi tergantung pada pasien dan keadaan individual. Penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis lain sebelum mengambil keputusan mengenai pengobatan.
Pengobatan dengan Obat-obatan
Umumnya, pengobatan dengan obat tidak menjadi pilihan utama untuk teror malam. Namun, dalam kasus yang ekstrem, dokter dapat meresepkan benzodiazepin, inhibitor reuptake serotonin selektif, atau antidepresan tricyclic.
Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
Jika teror malam terkait dengan stres, kecemasan, atau gangguan serupa, terapi perilaku kognitif mungkin dianjurkan untuk membantu mengatasi masalah mendasar tersebut. CBT dapat membantu beberapa individu mengurangi gejala stres dan kecemasan dengan mengubah cara pandang dan reaksi pikiran mereka.
Hipnosis
Meskipun masih dianggap kontroversial, beberapa penelitian menunjukkan bahwa hipnosis dapat berhasil digunakan untuk mengurangi gejala teror tidur pada sebagian individu.
Terapi Biofeedback
Juga dikenal sebagai neurofeedback, terapi biofeedback adalah pendekatan non-invasif yang memantau aktivitas otak selama tidur untuk mencari aktivitas otak yang tidak normal. Informasi ini kemudian digunakan untuk membantu pasien dan dokter mengidentifikasi area otak yang mungkin perlu diperbaiki agar tidur menjadi lebih sehat.
Baca juga : Cara Menghadapi Emosi Negatif
Terapi Relaksasi
Terapi relaksasi menggunakan teknik yang dikenal untuk mendorong pikiran dan tubuh agar lebih santai. Teknik ini bervariasi, mulai dari latihan pernapasan hingga relaksasi yang dibantu biofeedback. Praktik pengurangan stres seperti yoga, meditasi, dan terapi pijat sering dianggap sebagai teknik terapi relaksasi.
Kebangkitan Antisipatif
Kebangkitan antisipatif adalah teknik yang melibatkan pemahaman pola teror malam Anda dan menghentikannya sebelum dimulai. Langkah pertama adalah mencatat kejadian teror malam untuk menentukan kapan kemungkinan besar terjadi. Kemudian, dengan informasi tersebut, Anda dapat mengatur untuk terbangun sekitar 15 menit sebelum teror malam dimulai dan tetap terjaga sebentar (kadang hanya beberapa menit) sebelum kembali tidur. Pendekatan ini bergantung pada teror malam yang terjadi pada waktu yang teratur.
Apa pun penyebabnya, teror malam dapat secara signifikan mengganggu tidur dan kualitas hidup seseorang. Meskipun teror malam telah dikaitkan dengan penyakit, bahan kimia, kelelahan, dan stres, penyebab tunggal dari gangguan parasomnia ini belum diketahui. Jika Anda mencurigai diri Anda atau orang terkasih mengalami teror malam, bicarakan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan rencana pengobatan yang tepat. (acs)