SUARAGONG.COM – Tiongkok terus mempertahankan posisinya sebagai negara asal impor nonmigas terbesar ke Jawa Timur selama November 2024. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim), Tiongkok memberikan kontribusi sebesar 39,61% dari total impor nonmigas. Presentase tersebut jauh melampaui negara-negara lain seperti Amerika Serikat (5,28%) dan Brazil (4,83%).
Tiongkok Mendominasi Impor Nonmigas ke Jawa Timur
“Kami mencatat nilai impor nonmigas dari Tiongkok mencapai 776,53 juta Dollar AS. Kemudian disusul Amerika Serikat sebesar 103,45 juta Dollar AS. Serta ada juga Brazil sebesar 94,70 juta Dollar AS,” ujar Kepala BPS Jatim, Zulkipli. Disampaikan melalui Berita Resmi Statistik (BRS) pada Kamis (9/1/2025).
Kelompok negara ASEAN tetap menjadi salah satu pemasok utama barang nonmigas ke Jawa Timur dengan nilai impor sebesar 257,46 juta Dollar AS selama November 2024. Namun, nilai ini mengalami penurunan sebesar 12,70% dibandingkan bulan sebelumnya. Di antara negara-negara ASEAN, Thailand menjadi kontributor terbesar dengan nilai impor 72,03 juta Dollar AS (3,67%), diikuti Malaysia dengan 48,17 juta Dollar AS (2,46%).
Sementara itu, impor dari kawasan Uni Eropa tercatat sebesar 90,22 juta Dollar AS, juga mengalami penurunan sebesar 12,30%. Belanda menjadi negara asal impor terbesar dari Uni Eropa dengan nilai 23,84 juta Dollar AS (1,22%. Serta diikuti pula Jerman sebesar 22,69 juta Dollar AS (1,16%).
Secara kumulatif dari Januari hingga November 2024, nilai impor nonmigas dari ASEAN mencapai 2.758,81 juta Dollar AS, dengan Thailand sebagai kontributor utama (884,61 juta Dollar AS). Sedangkan dari Uni Eropa, impor terbesar berasal dari Jerman dengan nilai 347,06 juta Dollar AS.
Baca Juga : Gaes !!! Maraknya Impor Ilegal Tekstil Rintangi Investasi Pabrik di Indonesia, Kata Apindo
Golongan Penggunaan Barang
Impor ke Jawa Timur pada November 2024 masih didominasi oleh golongan bahan baku dan penolong, dengan nilai mencapai 1,91 miliar Dollar AS, berkontribusi sebesar 77,96% terhadap total impor. Golongan barang konsumsi berada di posisi berikutnya dengan nilai 351,85 juta Dollar AS (14,33%), sementara golongan barang modal menjadi yang terkecil dengan nilai 189,41 juta Dollar AS (7,71%).
Zulkipli juga mengungkapkan bahwa penurunan terbesar terjadi pada komoditas hasil ekstraksi minyak kacang kedelai. Nilainya turun drastis dari 139,68 juta Dollar AS menjadi 45,51 juta Dollar AS, atau merosot sebesar 67,42%.
Dengan dominasi Tiongkok yang terus berlanjut, serta dinamika perdagangan dari kawasan ASEAN dan Uni Eropa, Jawa Timur tetap menjadi pusat aktivitas ekonomi dengan tingkat impor yang beragam. Strategi untuk menjaga keseimbangan impor dengan fokus pada bahan baku dan penolong menjadi prioritas utama bagi pemerintah daerah. (aye)
Baca Artikel Berita Terupdate Lainnya dari Suaragong di Google News