SUARAGONG.COM – Sejumlah tokoh penting menolak tawaran untuk bergabung dalam kabinet pemerintahan Prabowo Subianto, yang dijadwalkan dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia pada 20 Oktober mendatang. Prabowo, yang akan menggantikan Joko Widodo (Jokowi) setelah sepuluh tahun masa kepemimpinan, tampaknya menghadapi tantangan dalam menyusun tim kabinetnya. Salah satu yang menolak tawaran menteri adalah Hashim Djojohadikusumo, adik kandung Prabowo sekaligus Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.
Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan di Hutan Kota by Plataran, Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Sabtu (31/8), Hashim mengungkapkan bahwa ia telah ditawari posisi menteri. Namun dengan tegas menolak tawaran tersebut.
“Saya ditawarkan tapi saya menolak. Saya kira lebih baik saya di luar.” Ungkap Hashim, menegaskan pilihannya untuk tidak terlibat langsung dalam kabinet kakaknya.
Penolakan tidak hanya datang dari Hashim. Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi yang sebelumnya menjabat dalam kabinet Jokowi, juga menyatakan tidak akan kembali mengambil posisi menteri dalam pemerintahan Prabowo. Luhut mengungkapkan, meskipun ia menolak untuk menduduki jabatan menteri, ia tetap bersedia membantu Prabowo dalam kapasitas lain.
“Saya sudah sampaikan, beliau sudah minta. Saya sampaikan kalau untuk jadi menteri, saya tidak. Tapi saya siap membantu sesuai permintaan beliau sebagai penasihat kalau itu masih diminta.” Kata Luhut.
Luhut memilih untuk pensiun setelah masa jabatannya berakhir. Dan menunjukkan komitmennya untuk memberikan dukungan yang diperlukan tanpa harus terlibat dalam kabinet secara langsung. Keputusan ini menunjukkan bahwa Luhut ingin menutup babak karir politiknya dengan cara yang lebih santai dan tidak terikat pada jabatan formal.
Baca juga: Prabowo Bentuk Kabinet Zaken: Fokus pada Profesional
Khofifah Indar Parawansa Ikut Menolak
Selain itu, Khofifah Indar Parawansa, mantan Menteri Sosial, juga menolak tawaran untuk bergabung dalam kabinet Prabowo. Khofifah mengungkapkan bahwa ia lebih memilih untuk fokus pada pencalonan gubernur Jawa Timur dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024. Ia berpasangan dengan Emil Dardak dalam perebutan kursi nomor satu di Jawa Timur. Yang akan menghadapi pasangan lain seperti Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) dan Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim.
Penolakan dari beberapa tokoh ini bisa menjadi pertanda bahwa mereka lebih memilih untuk mengambil peran lain dalam dinamika politik yang lebih luas. Daripada terlibat langsung dalam kabinet Prabowo. Ini juga mencerminkan keraguan di kalangan beberapa pemimpin terkait komposisi kabinet yang akan dibentuk, di tengah situasi politik Indonesia yang semakin kompleks.
Dengan masa pelantikan yang semakin dekat, tantangan bagi Prabowo adalah menyusun tim kabinet yang kuat dan mampu bekerja sama untuk memajukan program-program yang telah dijanjikannya. Penolakan tokoh-tokoh kunci ini dapat memicu pertanyaan tentang visi dan strategi Prabowo. Dalam membentuk pemerintahan yang diharapkan dapat membawa perubahan bagi Indonesia ke depannya. Dalam konteks ini, penentuan anggota kabinet yang tepat akan menjadi kunci untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Serta menghadapi tantangan yang ada di hadapan. (rfr)