Type to search

Gaya Hidup Peristiwa

Tradisi Lebaran Ketupat 2025 Jatuh pada Senin, 7 April

Share
Lebaran Ketupat 2025 dirayakan pada hari Senin, 7 April, tepat sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada 31 Maret 2025 Lebaran Ketupat 2025 dirayakan pada hari Senin, 7 April, tepat sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada 31 Maret 2025/sc : aye

SUARAGONG.COM – Lebaran Ketupat 2025 dirayakan pada hari Senin, 7 April, tepat sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada 31 Maret 2025. Perayaan ini menjadi momen spesial yang sarat makna spiritual, sosial, dan budaya, terutama di daerah Jawa dan Lombok.

Lebaran Ketupat bukan sekadar tentang menyantap ketupat dan opor ayam, melainkan juga menjadi ajang silaturahmi, refleksi diri, serta simbol permohonan maaf dan rasa syukur setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan. Tradisi ini telah berlangsung turun-temurun dan diyakini berakar dari ajaran Sunan Kalijaga. Seorang tokoh Wali Songo yang dikenal memperkenalkan nilai-nilai Islam melalui pendekatan budaya.

Makna Filosofis Tradisi Lebaran Ketupat

Dalam bahasa Jawa, “kupat” adalah akronim dari “ngaku lepat” (mengakui kesalahan) dan “laku papat” (empat tindakan, yaitu lebaran, luberan, leburan, dan laburan). Filosofi ini mencerminkan ajaran tentang introspeksi, pembersihan jiwa, dan pentingnya hidup dalam harmoni sosial.

Pembuatan ketupat yang dimulai dari menganyam janur hingga memasak beras di dalamnya juga mengandung simbolisme: prosesnya yang rumit menggambarkan perjuangan dalam menyucikan diri, sedangkan bentuk ketupat yang terikat rapat mencerminkan hati manusia yang perlu dibersihkan dari dosa dan kesalahan.

Ragam Tradisi di Berbagai Daerah

Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, warga biasanya memasak ketupat dalam jumlah besar lalu dibagikan kepada kerabat dan tetangga. Acara selamatan dan doa bersama pun digelar di rumah-rumah maupun masjid sebagai wujud syukur.

Sementara itu, di Lombok, perayaan dikenal dengan nama Lebaran Topat. Tradisi ini meriah dengan ziarah kubur, festival ketupat, hingga pertunjukan seni dan permainan tradisional. Warga berkumpul di tempat-tempat wisata seperti pantai, menjadikan momen ini sebagai ajang berkumpul dan berbahagia bersama keluarga.

Baca JugaPertanyaan Keramat Yang Sering Ditanyakan Saat Lebaran

Jejak Sejarah: Dari Sunan Kalijaga hingga Hari Ini

Sunan Kalijaga memiliki peran penting dalam lahirnya perayaan ini. Beliau memperkenalkan istilah Bakda Lebaran untuk Hari Raya Idul Fitri dan Bakda Kupat untuk perayaan satu minggu setelahnya. Tujuannya adalah memberi ruang bagi umat Islam yang belum sempat saling memaafkan di hari Lebaran, serta mengajak masyarakat kembali merenungi makna puasa.

Meski zaman terus berubah, tradisi Lebaran Ketupat tetap bertahan dan bahkan menjadi daya tarik wisata budaya. Banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, tertarik menyaksikan dan ikut merayakan tradisi ini karena keunikannya yang memadukan budaya lokal dan ajaran agama secara harmonis.

Lebaran Ketupat bukan hanya warisan budaya, tapi juga cerminan akulturasi antara ajaran Islam dan budaya lokal yang penuh makna. Tradisi ini menunjukkan bahwa nilai-nilai agama bisa beradaptasi tanpa kehilangan esensinya, menjadikannya relevan lintas zaman.

Maka tak heran, Lebaran Ketupat tetap dinanti dan dirayakan dengan suka cita oleh banyak orang setiap tahunnya. Dari makna filosofis, nilai spiritual, hingga kebersamaan yang terjalin, perayaan ini menjadi bagian penting dari kekayaan budaya Indonesia. (aye)

Baca Juga Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google News

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *