Tradisi Pacu Jalur Viral, Gibran Soroti Kekuatan Budaya Indonesia
Share

SUARAGONG.COM – Tradisi Pacu Jalur, olahraga dayung tradisional dari Kuantan Singingi, Riau, kembali mencuri perhatian dunia. Hal ini dipicu oleh viralnya aksi penari cilik Pacu Jalur yang tampil memukau dalam perhelatan tersebut. Tak butuh waktu lama, video itu menyebar luas hingga ke panggung global, bahkan ditiru oleh pengguna media sosial dan sejumlah bintang internasional, termasuk pesepak bola dari klub AC Milan dan Paris Saint-Germain (PSG).
Pacu Jalur Viral di Dunia, Wapres Gibran Soroti Kekuatan Diplomasi Budaya Indonesia
Momen ini pun menarik perhatian Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, yang turut memeriahkan tren Pacu Jalur dengan membagikan aksinya melalui media sosial, Senin (7/7/2025).

Tradisi Pacu Jalur, olahraga dayung tradisional dari Kuantan Singingi, Riau, kembali viral mencuri perhatian dunia (Pemkab.Riau)
“Siapa sangka, dari tepian Kuantan Singingi, semangat Pacu Jalur bisa mengalir hingga ke jagat digital dunia,” tulis Wapres Gibran dalam unggahannya.
Baca Juga : Yuk Mengenal Ogoh-Ogoh, Tradisi Sebelum Nyepi
Diplomasi Budaya di Era Digital
Dalam pernyataannya, Wapres Gibran menekankan pentingnya kekuatan diplomasi budaya Indonesia di era digital. Menurutnya, fenomena viral ini menunjukkan bagaimana konten lokal mampu menjadi jembatan yang menghubungkan Indonesia dengan dunia internasional.
“Pacu Jalur bukan hanya tradisi. Ia adalah narasi, warisan, dan identitas Indonesia yang menginspirasi dunia,” tambah Gibran.
Pernyataan ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong promosi budaya Indonesia lewat jalur non-konvensional seperti media sosial dan digital storytelling.
Baca Juga : Nelayan Di Trenggalek Gelar Tradisi Larung Sembonyo
Pacu Jalur, Warisan Budaya Berabad-abad
Pacu Jalur adalah lomba dayung tradisional yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Dalam bahasa Minangkabau Timur, istilah “pacu jalur” berarti balapan perahu. Tradisi ini konon telah ada sejak abad ke-17, awalnya sebagai kompetisi antar-desa menggunakan perahu besar yang dikenal dengan nama jalur.
Menurut data Kementerian Pariwisata, tradisi ini dulu diselenggarakan untuk memperingati hari-hari besar Islam. Di masa penjajahan Belanda, perlombaan ini bahkan dijadikan ajang perayaan ulang tahun Ratu Belanda, menunjukkan fleksibilitas dan keberlangsungan budaya ini dalam berbagai konteks sejarah.
Hingga kini, Pacu Jalur tetap menjadi pesta rakyat meriah, mengundang ribuan penonton dan peserta setiap tahunnya. Tradisi ini pun kian relevan seiring dengan semakin banyaknya generasi muda yang mengangkat kearifan lokal ke panggung digital global. (Aye)