Ledakan, Asap, dan Tangis Tragedi Terra Drone Kemayoran
Share
SUARAGONG.COM – Siang itu, 9 Desember 2025, tepat saat banyak pegawai lagi makan siang, suasana kebakaran di gedung Terra Drone Indonesia di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat tiba-tiba berubah kelam. Sebuah ledakan keras dari lantai dasar diduga berasal dari baterai drone yang menyala mendadak memicu api yang langsung merambat ke atas. Beruntung, sebagian orang sempat melarikan diri ke tempat aman. Tapi asap pekat dan kepanikan menyulitkan evakuasi. Banyak koridor pengungsian yang tak memadai akses keluar hanya lewat satu pintu, sedangkan tangga darurat minim atau bahkan tak sesuai standar.
Korban dan Dampak Duka yang Menyelimuti
Setelah evakuasi dan pemadaman selesai, data mengerikan terungkap total 22 orang tewas, 15 perempuan dan 7 laki-laki. Di antaranya ada korban yang tengah hamil. Sementara itu, puluhan korban lain selamat tapi trauma, shock, dan beberapa sempat sesak napas karena asap tebal.
Pihak forensik di RS Polri Kramat Jati menyebut bahwa sebagian besar korban diduga meninggal bukan karena terbakar, melainkan karena menghirup gas CO₂/asap kekurangan oksigen. Hal ini diperkuat fakta bahwa jenazah korban dalam kondisi utuh dan bisa dikenali artinya korban tidak terbakar secara parah. Salah satu yang paling memilukan korban bernama Novia, ibu hamil yang tengah menunggu kelahiran anak pertamanya. Keluarganya sangat terpukul atas kabar ini.
Baca juga: Mendagri Tito Larang Kepala Daerah Keluar Negeri hingga 15 Januari 2026
Drama Evakuasi & Penyelamatan Akal-akalan demi Selamat
Banyak pekerja yang terjebak di lantai atas dari lantai 2 sampai lantai 6 langsung panik saat asap hitam naik cepat. Sejumlah saksi melaporkan bahwa beberapa pegawai berhasil naik ke rooftop sebagai upaya terakhir menyelamatkan diri. Evakuasi berlangsung dramatis petugas pemadam kebakaran mengerahkan tangga darurat dari luar gedung, lalu mengevakuasi korban dari lantai atas satu per satu. Beberapa korban sempat terengah, kesulitan bernapas. Di tengah kepanikan, 19 orang berhasil diselamatkan suatu angka yang bagi sebagian orang mungkin membawa harapan kecil di tengah tragedi besar.
Baca juga: Cegah Kekerasan dan TPPO, Polres Malang Bentuk Satres PPA-PPO
Kisah Korban dan Keluarga Tangis, Harapan & Penantian
Salah satu potret kesedihan paling nyata datang dari keluarga korban. Seorang ibu, bernama Mimi Adriani Nasution, misalnya terlihat gelisah datang ke RS Polri Kramat Jati demi mencari jenazah anaknya, Raihan (24), yang kabarnya kerja di gedung itu saat kebakaran terjadi. Keluarga lainnya terutama keluarga calon ibu hamil yang menjadi korban serentak terpukul. Banyak dari mereka sebelumnya sudah menunggu dengan harap-harap cemas akan kelahiran buah hati. Kini, harapan itu sirna dalam hitungan detik. Suasana di sekitar lokasi kebakaran kemudian berubah jadi lautan duka. Petugas dan warga saling membantu, tapi udara kesedihan tetap terasa pekat.
Baca juga: Wali Kota Nurochman Resmikan Pembangunan Gerai KDMP Torongrejo
Pelajaran Berat Kenapa Tragedi Bisa Sepahit Ini
Kejadian di gedung Terra Drone ini membuka mata bahwa aspek safety dan evakuasi masih banyak diabaikan terutama saat bangunan dipakai untuk bisnis seperti penyimpanan drone dan baterai.
- Gudang baterai di lantai dasar terbakar, baterai lithium memang terkenal berisiko bila tidak disimpan atau dikelola dengan aman.
- Kurangnya jalur evakuasi, akses keluar cuma satu pintu dan tangga sempit jadi penyebab banyaknya korban tewas.
- Sistem proteksi kebakaran minim. Sepertinya tidak ada kontrol asap atau sistem ventilasi darurat memadai. Ini yang membuat asap pekat naik cepat dan gas Co2/CO menyebar.
Tragedi ini juga menunjukkan kalau dalam kondisi darurat meski ada alarm bahaya, kalau pemenuhan standar kesalamatan diabaikan, tetap saja korban bisa banyak.
Baca juga: Wali Kota Batu Lepas Bantuan untuk Korban Banjir Sumatera dan Aceh
Apa Selanjutnya Harapan dari Duka
Semoga keluarga korban bisa segera mendapatkan kejelasan identifikasi jenazah terus berjalan di RS Polri, dan layanan dukungan psikologis serta pemulihan trauma semoga tersedia bagi para penyintas serta keluarga.
Kita sebagai masyarakat juga diingatkan: jangan remehkan risiko baterai high-energy seperti di drone. Bila kamu punya alat serupa di rumah atau di tempat kerja perhatikan standar keamanan, ventilasi, dan jalur evakuasi.
Terakhir semoga tragedi kebakaran gedung Terra Drone ini jadi wake-up call bagi perusahaan, pengelola gedung, dan pemerintah untuk serius soal keselamatan. (dny)

