Malang, Suaragong – “Tetap Ilmu Padi Abangku” itulah sebuah tren populer “ilmu padi” yang menjadi-jadi di media sosial, digunakan sebagai istilah dan bahasa gaul dalam pergaulan akhir-akhir ini. Istilah ini biasanya diakhiri dengan emotikon sebuah emot padi.
Namun, tidak semua pengguna media sosial memahami makna sebenarnya dari kedua istilah tersebut, dan keduanya sering digunakan dalam berbagai konteks pembicaraan. Istilah ini sebenarnya telah dikenal sejak lama sebelum digunakan oleh netizen, khususnya anak futsal dan sepakbola.
Padi, ketika mereka makin tumbuh dan mulai berisi beras yang akan dipanen. Maka akan semakin merunduk. Sederhananya, makin berisi makin merunduk. Jadi, pada dasarnya, ilmu padi mengajarkan kita untuk tetap rendah hati dan tidak sombong ketika sudah memiliki banyak pencapaian.
Kata-kata tersebut pun kini menjadi kalimat populer di internet yang kerap menjadi gurauan dengan teman. Dikarenakan populernya stereotipe bahasa anak futsal, terungkap bahwa terdapat beberapa kalimat lain yang kerap mereka ucapkan.
Sekarang frasa Ilmu Padi tidak hanya populer di kalangan penggemar sepak bola saja, tetapi kini juga telah merambah berbagai kalangan di media sosial. Ungkapan-ungkapan ini memiliki makna yang mendalam dan sering kali digunakan untuk memberikan apresiasi atau mengomentari sikap seseorang, terutama dalam konteks keberhasilan dan kerendahan hati.
kini istilah-istilah ini telah merambah ke berbagai lapisan masyarakat dan menjadi populer di kalangan netizen pada umumnya. Istilah-istilah tersebut sering digunakan untuk mengekspresikan kekaguman dan rasa hormat terhadap seseorang, serta sebagai pengingat untuk tetap rendah hati meskipun telah mencapai banyak prestasi.
Baca juga : Bahasa Sosial Media yang Menguat di Kalangan Remaja
Selain “Ilmu Padi” dan “Manyala Abangku”, masih ada beberapa istilah lain yang kerap digunakan oleh para pecinta sepak bola dan juga viral di media sosial, seperti “Kelas Abangku”, “Tetap Ilmu Padi”, “Kasih Keras Abangku”, dan “Tipis-tipis”. (ind/man)