Warga Padati Pesisir Mayangan: Tradisi Petik Laut 2025
Share

SUARAGONG.COM – Suasana Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Mayangan, Kota Probolinggo, pada Sabtu (11/10/2025) pagi tampak semarak. Ribuan warga memadati kawasan pesisir untuk menyaksikan tradisi Petik Laut. Sebuah ritual budaya dua tahunan yang telah lama menjadi kebanggaan masyarakat nelayan di Kelurahan Mayangan, Kecamatan Mayangan.
Warga Padati Pesisir Mayangan Untuk Menyaksikan Tradisi Petik Laut: Ritual Budaya
Tradisi ini bukan sekadar upacara adat, melainkan simbol rasa syukur kepada Tuhan, penghormatan terhadap laut sebagai sumber penghidupan, serta momentum mempererat persaudaraan antarnelayan dan warga pesisir.
Deretan perahu nelayan yang dihiasi umbul-umbul warna-warni, alunan musik tradisional, serta semilir angin laut menciptakan suasana penuh suka cita. Sejak pukul 08.00 WIB, masyarakat sudah berbondong-bondong datang bersama keluarga untuk menyaksikan prosesi Larung Sesaji, momen paling ditunggu dari seluruh rangkaian acara.
Hadir dalam kegiatan ini Wali Kota Probolinggo dr. Aminuddin, Wakil Wali Kota Ina Dwi Lestari, Dandim 0820/Probolinggo Letkol Arhanu Iwan Harmaya, Kapolresta AKBP Rico Yumri, Pj Sekda Rey Suwigtyo, Camat Mayangan Agus Dwiwantoro, serta Ketua HNSI Kota Probolinggo H. Jupri.
Baca Juga : Bersih Desa Melalui Ritual Sakral Seblang Olehsari
Simbol Syukur dan Semangat Gotong Royong
Dalam sambutannya, Wali Kota dr. Aminuddin menyampaikan rasa syukur sekaligus apresiasi kepada seluruh panitia dan masyarakat atas terselenggaranya tradisi Petik Laut tahun ini.
“Petik Laut merupakan wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas rezeki yang diberikan kepada nelayan dan warga pesisir Mayangan. Ini bukan sekadar tradisi, tapi simbol kebersamaan dan semangat gotong royong,” ujarnya.
Ia menilai antusiasme masyarakat tahun ini luar biasa tinggi, bahkan lebih ramai dibanding penyelenggaraan sebelumnya.
“Budaya Mayangan masih hidup dan dicintai warganya. Ini harus terus dijaga,” tambahnya.
Wali kota yang akrab disapa dr. Amin itu berharap Petik Laut bisa menjadi agenda rutin tahunan dan tidak hanya berfungsi sebagai pelestarian budaya, tetapi juga penggerak ekonomi lokal.
Rangkaian Acara Tiga Hari
Lurah Mayangan Wisnu Setiawan menjelaskan, pelaksanaan Petik Laut 2025 digelar selama tiga hari. Kegiatan dibuka dengan Khotmil Qur’an dan Majengan Bersholawat sebagai doa bersama, dilanjutkan Pawai Budaya dan prosesi Larung Sesaji pada hari puncak, serta ditutup dengan Tasuran dan hiburan Orkes Melayu.
Puncak acara, yakni Larung Sesaji, dilaksanakan di tengah laut. Wali kota bersama rombongan pejabat dan para nelayan menaiki perahu hias, lalu melarung sesaji berupa hasil bumi dan perlengkapan dapur ke laut — simbol rasa syukur dan harapan akan keselamatan serta rezeki melimpah bagi para nelayan.
Antusiasme Warga Pesisir
Warga dari berbagai penjuru Kota Probolinggo dan sekitarnya memadati kawasan pesisir sejak pagi. Banyak yang datang bersama keluarga untuk menikmati suasana penuh kebersamaan.
Siti Rahma (42), warga Kelurahan Sukabumi, mengaku senang bisa menyaksikan langsung tradisi ini.
“Ramai, meriah, dan terasa sekali kebersamaan warga pesisir. Semoga rezeki para nelayan makin lancar,” ujarnya tersenyum.
Bagi Siti dan banyak warga lainnya, Petik Laut bukan hanya tontonan. Tapi juga pengalaman sosial yang memperkuat rasa persaudaraan di tengah masyarakat.
Tradisi Petik Laut 2025 kembali membuktikan bahwa warisan budaya lokal dapat menjadi sarana memperkuat identitas, kebersamaan, dan semangat gotong royong masyarakat pesisir. Selain menjadi ajang syukur, acara ini juga membawa dampak ekonomi positif bagi pelaku usaha kecil di sekitar lokasi kegiatan. (Duh/Aye)