Type to search

Peristiwa

Warisan Jane Goodall alam Si Penjelajah Dunia Liar

Share
Warisan Jane Goodall alam

SUARAGONG.COM – Siapa sih gak kenal Jane Goodall? Dia tuh kayak legenda hidup di dunia konservasi dan riset simpanse. Barusan diumumkan dia meninggal dunia pada umur 91 tahun saat lagi tur pidato di California. Tapi daripada sedih terus, yuk kita intip perjalanan hidupnya, kontribusinya, dan gimana kita bisa terus bawa warisannya bergerak ke generasi berikutnya. Karena ya, warisan Jane Goodall alam itu bukan cuma cerita itu panggilan.

Dari Cita-cita Anak-Anak ke Dunia Riset

Sejak kecil, Jane udah demen banget sama binatang. Dia sering suka lolos nonton ayam bertelur dan baca buku-buku tentang tarzan dan Dr. Dolittle. Tanpa gelar sarjana di awalnya, dia kerja dulu sebagai sekretaris dan akhirnya berangkat ke Kenya. Di sana, lewat pertemuan dengan Louis Leakey, dia diberi kesempatan buat studi simpanse.

Baru di tahun 1960 dia tinggal di Gombe, Tanzania, dan mulai observasi simpanse liar itu tanpa jarak terlalu jauh alias immersive. Di situlah dia bikin gebrakan simpanse bisa bikin alat, punya kepribadian, ikatan emosional hal-hal yang dulu dianggap eksklusif manusia.

Baca juga: Puma Albino Langka Lahir di Kebun Binatang Nikaragua

Revolusi dalam Riset Simpanse

Kalau sebelumnya ilmuwan menganggap simpanse cuma otomatis dan refleks, Jane membalik paradigma itu. Dia kasih nama tiap simpanse bukan nomor, dia pantengin perilaku sosial mereka, konflik, kasih sayang, perang internal. Penemuan paling terkenal penggunaan alat (tool use). Simpanse bisa memodifikasi ranting untuk nyylam paket serangga atau memancing makanan. Itu dulu dianggap eksklusif manusia.

Dari riset itu, dia menunjukkan batas antara manusia dan hewan enggak se-garis lurus yang dibayangkan. Connection-nya tuh bikin banyak orang mikir ulang “Kita bagian dari alam juga.”

Baca juga: Kanzi, Simpanse Pemain Minecraft Mati Diusia 44 Tahun

Evolusi Peran Dari Peneliti ke Aktivis

Seiring waktu, Jane sadar bahwa menjaga simpanse saja gak cukup kalau habitatnya musnah. Dia mulai terlibat dalam isu deforestasi, perubahan iklim, perdagangan satwa liar. Dia mendirikan Jane Goodall Institute pada 1977 untuk mendukung riset, konservasi, dan edukasi.

Lalu dia bikin program Roots & Shoots, yang ngajak anak-anak dan remaja di banyak negara ikut kegiatan lingkungan kecil tapi berdampak. Walau udah lanjut usia, Jane tetep berkeliling dunia, bicara di forum, sekolah, event lingkungan. Dia gak takut capek semangatnya justru makin menyala.

Baca juga: Teror Monyet Liar Berujung Sayembara Berhadiah

Meninggal Dunia saat Tur Pidato

Tanggal 1 Oktober 2025, saat sedang tur berbicara di Amerika Serikat, Institut Jane Goodall mengumumkan bahwa Jane meninggal dunia karena sebab alami di California. Menurut media NBC, panggilan medis diterima di rumahnya di wilayah Los Angeles pagi itu tidak ada indikasi tindak kriminal. Sebelumnya, dia dijadwalkan hadir di acara penanaman pohon di Pasadena sebagai bagian dari kampanye restorasi lingkungan.

Baca juga: 43 Monyet Kabur di Carolina Selatan, Warga Diminta Waspada

Warisan Jane Goodall alam Apa yang Kita Bisa Lanjutkan?

Oke, sekarang kita udah tahu kisahnya. Tapi gimana agar warisan Jane Goodall alam gak cuma jadi dongeng lama? Berikut ide-ide simpel yang bisa kamu dan kita semua lakukan:

  1. Aksi kecil di lingkungan terdekat. Tanam pohon, bersihkan sampah, dukung program penghijauan.
  2. Edukasi diri dan orang sekitar. Baca buku tentang konservasi, share ke media sosial, ikut klub alam.
  3. Dukung gerakan lokal. Banyak komunitas konservasi lokal yang butuh dukungan waktu, tenaga, dana.
  4. Jadilah advokat kecil. Suarakan perlindungan satwa liar, kurangi konsumsi produk merusak lingkungan.

Kalau banyak dari kita yang mau bergerak sedikit demi sedikit, warisannya bisa terus hidup, bahkan makin besar.

Baca juga: Kenali Ciri Gejala dari Cacar Monyet atau MPOX

Kenangan & Inspirasi

Beberapa hal kecil yang bikin Jane jadi sosok dekat di hati banyak orang:

  • Dia tetap humble meskipun udah jadi ikon global.
  • Dalam pidatonya, dia kadang masih bercanda, tertawa, ceritakan betapa kita sebagai manusia harus lebih rendah hati terhadap alam.
  • Dia gak cuma bicara doom and gloom, tapi tetap kasih harapan bahwa aksi kita sekarang punya makna.

Salah satu kutipannya yang sering diulang:

“Yes, there is hope It’s in our hands.”

Yap, harapan itu bukan barang mahal dia tinggal dalam langkah-langkah kecil.

Baca juga: Marian Izaguirre Ditemukan Kritis Siapa Sih Dia?

Jane Goodall udah naik level ke jagad berikutnya, tapi kisah dia tetap hidup di hutan, di simpanse, dan di hati orang-orang yang peduli. Dengan semangat warisan Jane Goodall alam, semoga kita makin sadar bahwa bumi ini bukan milik kita sendiri.

Jadi, yuk mulai dari diri sendiri satu pohon, satu kampanye kecil, satu kesadaran lebih. Siapa tahu dari kita tumbuh rangkaian perubahan besar. (dny)

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *