Jaringan Rahasia Komunikasi Tumbuhan: Wood Wide Web
Share

SUARAGONG.COM – Kalian tau gak sih teori monster di The last Of Us, dimana mereka terinfeksi jamur Cordyceps. Hal tersebut menyimpan suatu hal yang menarik dan misterius. DIlihat dari bagaimana para zombie bisa bergerak bersama dan secara halus ada komunikasi. Dari sini banyak yang berteori bahwa antar tumbuhan bisa berkomunikasi, katanya. Namun ternyata itu bisa! Di balik rimbunnya hutan dan ketenangan pohon-pohon yang tampak diam, tersimpan sebuah rahasia besar. Mereka ternyata berbicara satu sama lain. Bukan lewat suara atau sinyal seperti manusia dan hewan, tapi melalui jaringan bawah tanah yang dikenal dengan nama ‘wood wide web’—sebuah sistem komunikasi biologis yang menghubungkan tumbuhan dan pepohonan melalui jamur mikoriza.

Jaringan bawah tanah yang dikenal dengan nama ‘wood wide web’—sebuah sistem komunikasi biologis yang menghubungkan tumbuhan dan pepohonan melalui jamur mikoriza. (INd)
Dahulu, ini hanya terdengar seperti mitos atau pepatah kuno: “pohon berbicara satu sama lain.” Kini, kalimat itu menjadi kenyataan ilmiah yang didukung bukti dari berbagai penelitian modern dengan sebutan Wood Wide Web.
Jaringan Rahasia Komunikasi Tumbuhan Satu Sama Lain: Wood Wide Web
Penelitian yang mengubah pandangan dunia terhadap hutan datang dari seorang ahli ekologi hutan asal Kanada, Suzanne Simard. Pada tahun 1997, Simard menerbitkan hasil studinya yang menunjukkan bahwa pohon-pohon saling terhubung melalui akar mereka dengan bantuan jamur mikoriza. Jaringan ini memungkinkan mereka bertukar nutrisi, air, bahkan informasi tentang ancaman.
Simard menemukan bahwa pohon “induk” atau *mother trees* dapat mengalirkan karbon dan nutrisi ke pohon-pohon muda di sekitarnya, terutama yang sakit atau kekurangan cahaya. Bukan hanya itu, ketika satu pohon diserang hama, ia dapat mengirimkan sinyal kimia ke pohon tetangga melalui jaringan mikoriza, memicu respons perlindungan.
Temuan ini memutar balik pandangan lama bahwa pohon adalah makhluk individu yang bersaing satu sama lain. Sebaliknya, hutan tampak lebih seperti komunitas yang saling berbagi dan mendukung.
Apa Itu Mikoriza?
Mikoriza adalah jamur tanah yang menjalin hubungan simbiotik dengan akar tumbuhan. Dalam hubungan ini, jamur mendapatkan gula dan karbohidrat dari pohon, sementara jamur membantu pohon menyerap air dan nutrisi, seperti fosfor dan nitrogen, dari tanah.
Yang membuat mikoriza istimewa adalah kemampuan mereka membentuk jaringan bawah tanah yang luas, seperti jaringan kabel internet dalam dunia digital. Hifa jamur (benang-benang mikroskopis) menjalin koneksi antarakar pohon yang berjauhan, bahkan lintas spesies.
Inilah yang disebut *wood wide web*—jaringan biologis bawah tanah yang menghubungkan pohon-pohon dalam ekosistem, seperti internet alami.
Pohon Bisa “Bicara”?
Meskipun mereka tidak memiliki otak atau saraf, tumbuhan ternyata bisa “berkomunikasi” menggunakan sinyal kimia dan bahkan sinyal listrik. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal *Plant Signaling & Behavior* mengungkap bahwa sinyal stres dari satu tumbuhan bisa ditransmisikan ke tumbuhan lain melalui jaringan mikoriza.
Misalnya, ketika satu pohon mengalami kekeringan atau serangan hama, ia akan mengirimkan sinyal yang dapat diterjemahkan oleh pohon lain sebagai peringatan. Sebagai respons, pohon lain bisa mulai meningkatkan produksi senyawa pertahanan sebelum mengalami kerusakan.
Fenomena ini tak ubahnya sistem alarm kolektif—di mana komunitas pohon bekerja sama melawan ancaman, meskipun mereka “berdiri diam.”
Baca Juga : Fakta Menarik Kurma: Buah Favorit Saat Berbuka dan Sahur
Bukti yang Menguat dan Perdebatan yang Mengiringi
Tak hanya Simard, banyak ilmuwan lain ikut menguatkan bukti adanya jaringan komunikasi ini. Studi-studi lanjutan menunjukkan bahwa tanaman yang terhubung lewat mikoriza dapat bertukar informasi tentang kondisi tanah, serangan patogen, hingga status nutrisi.
Namun, tidak semua ilmuwan sepakat. Peneliti seperti Justine Karst dari University of Alberta mempertanyakan kekuatan bukti yang mendukung gagasan bahwa mikoriza berperan aktif dalam komunikasi tumbuhan. Ia menyebut bahwa banyak penelitian bersifat observasional dan belum cukup kuat untuk mengonfirmasi teori ini secara menyeluruh.
Perdebatan ini memicu diskusi menarik di kalangan akademisi: apakah kita terlalu “mempersonifikasi” pohon dan memberikan makna berlebih pada hubungan mereka? Atau, justru ini menandakan bahwa pemahaman kita tentang alam masih sangat terbatas?
Terlepas dari perdebatan, konsep Wood Wide Web telah mengubah cara pandang masyarakat terhadap alam. Jika hutan adalah jaringan kehidupan yang saling terhubung dan mendukung, maka deforestasi bukan sekadar menebang pohon—melainkan memutuskan komunikasi dan keseimbangan komunitas.
Hal ini juga membawa dampak besar pada kebijakan konservasi. Beberapa ahli kehutanan mulai mempertimbangkan untuk menjaga “pohon induk” dalam proses penebangan, karena mereka memegang peran penting dalam regenerasi hutan.
Selain itu, gagasan bahwa tumbuhan bisa berkomunikasi memberi pelajaran penting bagi manusia: tentang pentingnya kolaborasi, saling bantu, dan kesadaran bahwa kehidupan di bumi ini tidak pernah benar-benar berdiri sendiri.
Baca Juga : Gerakan Hijau 3500 Pohon Ditanam untuk Cegah Bencana
Mengembalikan Mitos ke Dunia Nyata
Selama berabad-abad, pepatah dan cerita rakyat sering menggambarkan hutan sebagai tempat yang hidup—dengan pohon yang bisa mendengar, merasakan, bahkan berbicara. Kini, dengan dukungan sains, sebagian dari kisah-kisah itu ternyata punya dasar kenyataan.
Meskipun pohon tidak berbicara seperti kita, mereka memiliki cara tersendiri untuk terhubung, memberi peringatan, dan membantu sesama. Apa yang dulu dianggap dongeng, kini menjadi bagian dari sains yang terus berkembang.
Dan mungkin, di saat kita berjalan di hutan dan merasakan ketenangan alam, kita sebenarnya sedang berada di tengah percakapan sunyi yang tak pernah kita dengar—tapi tetap nyata adanya. (Ind/aye)
Baca Juga Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google News