Site icon Suara Gong

Gaes !!! Apakah Selingkuh Bisa Bersifat Genetik?

Selingkuh bukanlah hal yang asing, baik perempuan maupun laki-laki bisa terjerumus ke dalam situasi ini. Namun, sering kali kita mendengar tentang pria yang memilih untuk berselingkuh.

SUARAGONG.COM Pernah nggak kamu bertanya-tanya, kenapa ada orang yang sepertinya selalu kesulitan menjaga kesetiaan dalam hubungan, sementara yang lain nggak pernah tergoda sama sekali? Kalau aku jujur, dulu aku sempat mikir, “Apa mungkin selingkuh itu bawaan lahir?” atau lebih ekstrem, “Apa mungkin gen kita menentukan apakah kita akan setia atau nggak?”

Dulu aku skeptis soal ini. Rasanya terlalu mudah buat menyalahkan genetik, padahal selingkuh kan soal pilihan, kan? Tapi ternyata, setelah sedikit membaca, ada penelitian yang bilang bahwa gen kita bisa punya pengaruh dalam kecenderungan untuk selingkuh. Kedengarannya gila, tapi sains memang suka bikin kita mikir dua kali.

Hormon Cinta atau Pencari Sensasi?

Nah, penelitian menunjukkan bahwa hormon vasopresin dan dopamin mungkin berperan dalam perilaku kita, termasuk dalam kesetiaan atau kecenderungan selingkuh. Vasopresin adalah hormon yang erat kaitannya dengan keterikatan dan kepercayaan dalam hubungan. Jadi, kalau seseorang punya variasi genetik yang mengatur hormon ini, bisa jadi mereka lebih sulit membentuk ikatan yang kuat dengan pasangan mereka.

Di sisi lain, dopamin sering disebut sebagai “hormon kebahagiaan.” Ini adalah hormon yang memberi kita sensasi senang setiap kali kita melakukan sesuatu yang memuaskan, entah itu makan, belanja, atau—yup, kamu tebak—selingkuh. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa orang yang punya sistem dopamin yang “terlalu aktif” cenderung mencari sensasi dan tantangan baru, yang mungkin termasuk perselingkuhan.

Ada satu studi yang aku baca di jurnal Evolution and Human Behavior yang bilang bahwa orang dengan variasi gen DRD4, yang terkait dengan dopamin, lebih mungkin terlibat dalam perilaku berisiko, termasuk selingkuh. Jadi, mungkin saja, dorongan untuk mencari “sensasi” dari hubungan di luar nikah bukan cuma soal pilihan, tapi juga ada faktor biologisnya. Meski begitu, ini bukan berarti kita bisa menyalahkan gen sepenuhnya, ya. Banyak faktor lain yang ikut main di sini, kayak kondisi hubungan, komunikasi, dan nilai-nilai pribadi.

Pilihan atau Takdir?

Aku sendiri ingat pernah berbicara dengan seorang teman yang curhat habis-habisan soal perselingkuhan di hubungannya. Dia frustrasi karena pasangannya selalu punya alasan—”Aku nggak bisa nahan,” “Ini bukan salahku, cuma terjadi.” Waktu itu aku sempat mikir, apa mungkin pasangannya memang secara alami lebih rentan selingkuh? Apa itu karena latar belakang keluarganya yang juga punya riwayat perselingkuhan? Atau, apakah itu benar-benar soal keputusan?

Ketika kamu ada di posisi seperti itu, rasanya mudah banget buat berpikir bahwa ada faktor “luar” yang memengaruhi perilaku pasangan. Dan di sinilah genetik muncul sebagai salah satu penjelasan. Tapi, apa benar itu cuma soal gen? Menurutku, selingkuh lebih dari sekadar dorongan biologis. Ada aspek-aspek lain seperti kepercayaan, komunikasi, dan empati yang punya peran besar.

Baca juga : Ciri-Ciri Orang Rasional yang Perlu Kamu Ketahui

Jadi, Apa Selingkuh Bisa Dihindari?

Meski gen mungkin memberi pengaruh, ini bukan berarti kita tidak punya kendali. Banyak psikolog setuju bahwa pilihan pribadi dan bagaimana kita menavigasi hubungan jauh lebih penting. Kalau kita tahu ada kecenderungan genetik untuk mencari sensasi, itu bisa jadi pengingat buat lebih sadar dan hati-hati dalam menjaga hubungan kita.

Tips yang aku pelajari dari pengalaman ini adalah, komunikasi itu kunci. Saat ada masalah dalam hubungan, sebaiknya dibicarakan sebelum hal-hal menjadi tak terkendali. Jujur, mungkin nggak semua orang punya kendali sempurna atas dorongan mereka (terutama jika ada faktor genetik yang terlibat), tapi kita selalu bisa memilih bagaimana merespons situasi dan memperbaiki hubungan.

Buat aku, mempelajari soal genetik dan perilaku perselingkuhan ini membuka mata. Memang, ada kemungkinan gen memainkan peran dalam kecenderungan selingkuh, tapi itu bukan alasan buat menghindari tanggung jawab. Pada akhirnya, kita selalu punya pilihan dalam bagaimana kita berperilaku dan bagaimana kita memperlakukan pasangan kita.

Jadi, kalau ada yang tanya, “Apakah selingkuh bisa bersifat genetik?” jawabanku sekarang adalah, mungkin ada pengaruhnya, tapi itu bukan satu-satunya alasan. Pilihan dan nilai-nilai yang kita pegang tetap punya peran yang jauh lebih besar. (acs)

Exit mobile version