Ekonomi RI Kuartal III Tumbuh Tapi Mulai Lemah
Share
SUARAGONG.COM – Gaes, kabar terbaru nih menurut data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia pada kuartal III 2025 tumbuh sebesar 5,04% year-on-year (yoy). Tapi ya jangan lega dulu karena dari sisi lain mulai muncul tanda-tanda bahwa mesin ekonomi kita mulai melambat, terutama konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat. Jadi intinya ekonomi RI kuartal III masih naik, tapi nggak se-cepat atau se-kuat beberapa kuartal sebelumnya, dan itu yang bikin banyak ekonom agak jaga-jaga.
Apa Saja Fakta Utamanya?
Beberapa poin penting yang mesti kamu tahu:
- Pertumbuhan ekonomi 5,04% yoy di RI kuartal III-2025, dibandingkan kuartal sebelumnya sekitar 5,12% yoy.
- Secara kuartal ke kuartal, ekonomi tumbuh sekitar 1,43% di Q3.
- Komponen konsumsi rumah tangga, yang selama ini jadi tulang punggung ekonomi nasional, mulai menunjukkan tanda perlambatan.
- Sebaliknya, ada beberapa penggerak lain yang masih cukup baik, ekspor naik, investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto masih tumbuh.
- Namun sisi menetes ke bawah dari pertumbuhan, alias apakah masyarakat luas ikut merasakan manfaat masih jadi persoalan.
Baca juga: Bursa Australia Melemah Tapi AUD/USD Malah Ngebut Kok Bisa?
Kenapa Perlambatannya Mulai Terasa?
Yuk kenali faktor-faktornya, biar kita nggak cuma lihat angka tapi juga tahu thumbs up / thumbs down-nya:
1. Konsumsi Rumah Tangga Melema
Faktor utama lebih sedikit momentum liburan, perilaku belanja yang agak selektif, dan daya beli yang mulai tersentuh.
2. Daya Beli Masyarakat yang Mulai Terkendala
Walaupun masih tumbuh, tapi pertumbuhan tidak se-kuat yang diinginkan. Makanya banyak ekonom bilang “Yeay pertumbuhan masih 5%-an…, tapi kenapa rasanya nggak jalan gila?”
3. Investasi & Belanja Pemerintah Belum Bisa men-carry Penuh
Ekspor dan PMTB bagus, tapi konsumsi dan belanja domestik punya tantangan sendiri. Jadi mesin ekonominya belum seimbang.
4. Ketidakpastian Eksternal dan Musiman
Faktor global (perdagangan, komoditas), dan juga faktor dalam negeri seperti libur atau aktivitas belanja yang nggak se-kuat kuartal sebelumnya.
Baca juga: Purbaya Tegas Impor Pakaian Ilegal Jadi Biang Matinya Industri Tekstil
Apa Artinya Buat Kamu & Kita Semua?
Jangan panik, tapi ada beberapa hal yang mesti kita paham sebagai warga, konsumen dan pelaku ekonomi kecil sehari-hari:
- Jika konsumsi masyarakat melemah, artinya bisnis-bisnis lokal juga bisa kena imbasnya. Jadi kalau kamu punya usaha kecil, keep eyes on trend.
- Untuk konsumen kalau daya beli mulai terasa semilir angin, mungkin ini waktunya kia lebih bijak belanja. Prioritas ke kebutuhan, bukan cuma gaya.
- Untuk pemerintah dan pelaku pasar menjaga agar pertumbuhan tidak cuma angka bagus di atas kertas, tapi dirasakan oleh banyak orang. Karena pertumbuhan yang gak menetes ke bawah, bisa bikin ketimpangan makin terasa.
- Untuk pelaku ekonomi makro kuartal ke depan bakal penting. Apakah stimulus dan kebijakan bisa mendorong pertumbuhan ke atas atau kita cuma stabil di 5%.
Baca juga: DPRD Jatim Setuju Tambahan Modal Rp 300 Miliar untuk BPR Jatim
Prospek ke Depan Apa yang Bisa Terjadi?
Gimana prediksinya ke depan? Nih ringkasan dari berbagai ramalan:
- Banyak ekonom memperkirakan bahwa Q3 hasilnya akan sedikit di atas 5% agar tetap aman di level 5%.
- Pemerintah sendiri melalui Menko Perekonomian menyebut bahwa capaian 5,04% itu masih bisa dijadikan pijakan dan target tahunannya masih bisa naik sedikit.
- Kalau Q4 bisa didorong dengan baik lewat stimulus, belanja pemerintah, serta konsumsi yang kembali aktif. Maka tahun 2025 bisa tercapai pertumbuhan total yang lebih baik. Tapi kalau tidak, kita bisa saja terjebak di 5% dan banyak orang ngerasa kok gak kebagian sih?
Baca juga: Catat Kinerja Positif Bank Jatim Konsisten Dorong Peningkatan Skala Bisnis
Oke gaes, mari tutup dengan versi yang gampang diingat:
- Angka 5,04% yoy di Q3 2025 masih tumbuh, tapi agak melambat dibanding kuartal sebelumnya.
- Jangan cuma lihat angka tumbuh, kita juga harus lihat siapa yang ngerasainnya. Dan di sini mulai muncul keraguan bahwa benefit dari pertumbuhan itu diraskan oleh banyak orang.
- Banyak faktor yang bikin ini terjadi konsumsi melambat, daya beli tertekan, eksternal dan musiman menantang.
- ke depan penting untuk semua pihak supaya pertumbuhan gak cuma berapa persen tapi benar-benar bermakna terasa oleh masyarakat luas. (dny)

