Trenggalek, Suara Gong. Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin belajar banyak atas kejadian laka laut yang melanda nelayan di daerahnya. Tidak dilengkapi dengan pelindung diri, kemudian tidak ikut menjadi anggota BPJS Ketenagakerjaan menjadikan posisi nelayan sangat beresiko ketika musibah melanda.
Seperti kejadian yang terjadi pada 2 kapal nelayan asal Trenggalek pada, Senin (07/08/2023) malam di Perairan arah Mbrumbun, Tanggung Gunung, Kabupaten Tulungagung, yang hancur diterjang ombak besar. Kejadian ini mengakibatkan 2 nelayan Kapal Exsel dan 2 nelayan Kapal Wilwo masih dalam pencarian sampai dengan hari ini.
Tak ingin kejadian serupa terulang kembali, Mas Ipin sapaan akrabnya menghimbau kepada nelayan di daerahnya untuk membekali diri dengan peralatan pelindung saat melaut. Himbauan ini juga disampaikan kepada OPD terkait.
Baca Juga : Gaes !!! Asosiasi Petinggi dan Lurah Mengeluh, Kenapa?
Berkaca dari kejadian laka laut semalam, saya menghimbau agar para nelayan punya bekal saat melaut. Tetapi, rata rata dari mereka ini belum tergabung di Kelompok Usaha Bank (KUB). Dan ini menjadi satu penekanan kita,” tutur Mas Ipin.
Ia menambahkan, saat melaut para nelayan diminta atau dihimbau untuk memakai pelampung. Namun karena alasan tidak nyaman, himbauan itu diabaikan.”Selain tidak nyaman, alasan lain mereka tidak menggunakan pelampung rompi itu karena saat mengangkat ikan terasa memperlambat pergerakan saat menangkap ikan. Jadi ini perlu lagi diperhatikan,” imbuhnya.
Oleh karena itu, ia meminta ke BPBD dan juga Kepala Dinas Perikanan untuk mencari pelampung yang seperti sabuk. Itu untuk mobilitas di laut lebih gampang.
Selanjutnya, sambungnya, hampir semua korban laka laut yang didatangi belum memiliki BPJS Ketenagakerjaan. Pihaknya juga akan mendorong para nelayan-nelayan tersebut untuk segera mengurusnya. Agar jika ada apa-apa saat melaut, hal itu bisa di cover oleh pihak BPJS.
“Di sini teman teman Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) dan nelayan sudah punya MoU dengan bekerjasama setiap tahun. Sudah banyak juga yang mendaftar. Hal ini yang coba kita perluas,” kata Bupati Arifin.
Pengalaman ini membuka kesadaran para nelayan, bahwa melindungi dirinya juga penting. Mungkin sekarang cideranya kategori ringan sehingga biaya pengobatan mungkin tidak banyak. Namun bila nanti dengan fatalitas dan pengobatan tinggi juga akan memberatkan mereka.
“Sudah tidak dapat ikan ditambah harus menanggung biaya berobat. Makanya nanti kita uruskan BPJS Ketenagakerjaannya dan sebagai insentif kita hanya mengcover preminya 3 atau 4 bulan awal, selebihnya kesadaran mereka. Toh itu sebulan Rp. 16.800, kalau dari hasil ikan itu tentunya tidak seberapa dengan resiko yang ditanggung,” tegasnya.
Sementara itu, Koordinator Pos Basarnas Trenggalek, Yoni Fariza menuturkan dalam pencarian korban laka laut tersebut Basarnas Trenggalek menurunkan 4 tim pencarian yang terbagi dalam tim pencarian di laut dan di darat (pemantauan di tepi tepi laut).
“Ada 4 tim pencarian kali ini. Kita juga menyiapkan perahu karet dan juga kita ploting pemantauan di darat juga. Di tepian tebing yang kita curigai ada kemungkinan survival atau korban ini tersangkut di tebing tersebut,” ujar Yoni.
Kendala yang dihadapi oleh tim saat ini adalah luasan, karena tempat kejadian adalah di laut. Kemudian kondisi geografis tempat kejadian musibah yang cenderung berkarang, berarus dan berombak, karena terlalu ke tepi posisi kejadiannya.
“Sesuai data yang ada, 4 musibah ditangani oleh Basarnas Trenggalek di sekitar lokasi. Lokasi tersebut memang di kenal sebagai spot ikan, sehingga banyak nelayan yang terlalu ke tepi untuk mencari ikan,” pungkasnya.
Salah satu korban selamat, Agus Siswoyo bercerita saat kejadian pihaknya bersama 3 rekannya sedang mencari ikan jenis teri dengan cara serok. Tidak ditampik oleh Siswoyo balasannya posisi perahunya sangat dekat dengan tepi laut yang berupa batuan karang.
Pada saat kejadian di lokasi ada banyak kapal nelayan, namun hanya 2 kapal yang dekat dengan tebing. Tak ayal ketika ombak menerjang kedua kapal ini mengalami kecelakaan dan kapal lain tidak berani mendekat. Siswoyo sendiri berhasil selamat setelah menemukan jerigen plastik yang dibuatnya sebagai alat bantu menepi di karang. (mil/man)