SUARAGONG.COM – Kontroversi Susu Ikan: Istilah yang Salah dan Manfaat Kesehatan. Pembahasan mengenai ‘susu ikan’ belakangan ini mencuri perhatian publik. Dimana menimbulkan perdebatan di media dan masyarakat terkait manfaat, Gizi dan pemahaman istilah susu ikan tersebut. Inovasi ini disebut sebagai salah satu alternatif pangan yang menawarkan beragam manfaat kesehatan, namun ada beberapa hal yang perlu dicermati, terutama terkait penggunaan istilah ‘susu ikan’.
Pendapat Ahli Gizi Terkait Topik Susu Ikan dan Manfaat
Menurut Prof. Dr. Ir. Annis Catur Adi, M.Si., Akademisi Terkemuka Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair), istilah ‘susu ikan’ sebenarnya tidaklah tepat. “Ikan tidak memiliki kelenjar susu, seperti halnya mamalia yang menghasilkan susu dari kelenjar mamae. Jadi, produk dari ikan ini lebih tepat disebut sebagai susu analog atau minuman berprotein yang berasal dari ikan,” jelas Prof. Annis, di Surabaya, Selasa (1/10/2024).
Prof. Annis juga menekankan pentingnya penggunaan istilah yang akurat untuk mencegah kebingungan di masyarakat. “Penyebutan yang tidak tepat bisa menyesatkan publik, terlebih jika informasi tersebut disampaikan oleh pihak yang bukan ahli. Kita sebagai akademisi bertanggung jawab memberikan informasi yang benar dan mencegah manipulasi istilah ini di ranah publik, terutama di tahun politik,” tambahnya. (Ditinjau dari Kominfo Jatim)
Kandungan dan Manfaat Susu Ikan Analog
Walaupun demikian, Prof. Annis mengapresiasi manfaat kesehatan yang ditawarkan susu ikan analog. Produk ini kaya akan nutrisi, terutama karena proses hidrolisis protein yang dihasilkan dari berbagai jenis ikan. “Susu ikan analog mengandung protein berkualitas tinggi, asam lemak omega-3, selenium, dan vitamin D, yang penting untuk pertumbuhan, perbaikan sel, kesehatan tulang, dan otak,” jelasnya.
Produk ini dianggap potensial dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, khususnya dalam hal asupan protein. “Susu ikan analog bisa menjadi pilihan sumber protein tambahan yang baik, baik sebagai minuman harian maupun sebagai suplemen makanan,” ungkap Prof. Annis. Namun, ia menegaskan bahwa produk ini seharusnya hanya dijadikan pelengkap dan bukan pengganti susu sapi.
Perbedaan Nutrisi dan Potensi Risiko
Membandingkan antara susu ikan analog dan susu sapi, Prof. Annis menjelaskan bahwa keduanya memiliki perbedaan signifikan dalam profil nutrisinya. “Susu sapi kaya akan kalsium, vitamin D, protein, serta karbohidrat seperti laktosa, yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tulang. Sedangkan susu ikan analog lebih mengandalkan protein dan omega-3, yang baik untuk kesehatan otak dan jantung,” jelasnya.
Namun, meskipun memiliki banyak manfaat, susu ikan analog juga memiliki potensi risiko. Prof. Annis menggarisbawahi bahwa produk ini dapat memicu alergi, terutama bagi mereka yang sensitif terhadap protein ikan laut. “Kandungan histamin yang tinggi pada produk ikan laut, termasuk susu ikan analog, berpotensi menyebabkan reaksi alergi, terutama pada anak-anak atau orang dengan sensitivitas tinggi,” ujarnya. Oleh karena itu, konsumsi susu ikan analog harus dilakukan dengan hati-hati, terutama untuk kelompok yang rentan terhadap alergi.
Alternatif Sehat dengan Pertimbangan Khusus
Inovasi dalam pangan seperti susu ikan analog menunjukkan adanya upaya untuk mencari solusi terhadap kebutuhan protein dan gizi di masyarakat. Namun, edukasi mengenai produk tersebut dan pemahaman yang tepat terkait manfaat dan risikonya menjadi sangat penting. Dengan begitu, masyarakat dapat membuat keputusan yang lebih bijak dalam memilih produk-produk alternatif ini, tanpa terjebak dalam istilah yang membingungkan. (Aye/Sg).
Baca Juga : Gaes !!! KKP Dorong Produksi Susu Ikan: Penuhi Gizi Masyarakat