Tulungagung, Suara Gong. Sampah masih menjadi problem di beberapa daerah, salah satunya di Tulungagung. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tulungagung melaunching ‘Get Splash’ Gerakan Tulungagung Sedekah dan Peduli Sampah.
Gerakan tersebut akan diujicobakan di beberapa titik dengan menyediakan drop box menarik. Drop box akan menampung sampah plastik yang sudah terpilah-pilah untuk kemudian di jual ke pengepul sampah di Tulungagung.
Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 DLH Tulungagung, Yudha Yanuar Hadi mengungkapkan ‘Get Splash’ gerakan sedekah dan peduli sampah dibranding dengan kearifan lokal, sosial dan keagamaan melalui kegiatan ini, pihaknya ingin mengajak untuk lebih bijak dan mengelola sampah.
Baca Juga : Gaes !!! Isu Toilet Gender Netral bikin Gempar, Dinas Pendidikan DKI Jakarta Turun Tangan
“Pertama kita sediakan drop box sampah yang kita tempatkan di pusat pusat keramaian dan perkantoran. Ini memang awal kita di lingkup perkotaan,” jelas Yudha Yanuar Hadi kepada awak media, kemarin.
Pihaknya akan mlihat perkembangan program tersebut bisa lebih berkembang atau tidak. Jika berkembang, akan diteruskan di wilayah-wilayah pinggiran, akan tetapi khusus untuk drop box.
Sekian itu, DLH Tulungagung melakukan jemput sampah melalui sedekah sampah dengan menyediakan link tree. Memodifikasi secara sederhana sekaligus mengkampanyekan lewat media sosial, juga kepada masyarakat.
Hal itu dilakukan supaya lebih membantu sosialisasi ke masyarakat. Sehingga pihaknya berharap sampah yang disedekahkan harus sudah terpilah dan dalam keadaan bersih. Agar lebih memudahkan petugas sampah dalam pengelolaan. “Ketiga, kita bekerjasama dengan teman teman bank sampah yang ada di Kabupaten Tulungagung. Sementara ada 20 bank sampah yang sudah menjadi agen Get Splash,” paparnya.
Yudha menambahkan untuk jenis sampah bisa berupa botol, sampah kardus, kertas, besi, atau seperti botol kaca, yang mana sampah itu memiliki nilai ekonomi. Sampah yang sudah disedekahkan masyarakat, petugas akan mengelola melalui Bank Sampah, bisa digunakan kerajinan untuk dijual.
“Kalau sampah-sampah yang botol dan lain lain kita jual ke pengepul atau perusahaan yang bekerjasama dengan kami. Hasilnya kita sampaikan ke Baznas dan akuntabel. Untuk potensi pengumpulan minimal, target kami ya sebanyak-banyaknya,” bebernya.
Sementara, aktivis lingkungan penerima penghargaan Kalpataru Penyelamat Lingkungan 2018, Karsi Nero Sutamrin mengungkapkan langkah baik yang dilakukan DLH Tulungagung bukan hanya sekadar ceremony belaka.
Lantaran, sampah yang ada di Kota Marmer ini cukup menjadi problem jika tak tertangani dengan baik. Sehari sampah yang ada di Tulungagung sejumlah ratusan ton bisa menjadi persoalan yang serius. “Jika ini hanya sebagai seremonial belaka, maka sulit untuk mencapai Zero Sampah,” ungkap Karsi Nero. (jaz/and/fik/man)