SUARAGONG.COM – Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur menyelenggarakan Festival Teater Berbahasa Jawa untuk Siswa SMA/SMK se-Jawa Timur pada 19–21 November 2024. Acara ini berlangsung di Hotel Mercure Surabaya Grand Mirama dan diikuti oleh ratusan pelajar dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Festival Teater Berbahasa Jawa: Dorong Generasi Muda Lestarikan budaya Jawa
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur, Umi Kulsum, menyatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kecintaan terhadap bahasa Jawa. Selain itu juga mengasah kreativitas para anak muda mlalui teater ini. Dan juga untuk memperkuat kemampuan teatrikal siswa yang memiliki bakat di bidang ini.
Ketua Panitia, Balok Safarudin, M.Si., menjelaskan bahwa festival ini melibatkan 200 pelajar dari 10 SMA, 7 SMK, serta 3 sanggar teater SMA/SMK. Di mana berasal dari 10 kabupaten, termasuk Sampang, Sidoarjo, dan Malang, serta 4 kota seperti Surabaya dan Blitar. Para peserta diberi kebebasan menampilkan teater tradisional atau modern berdurasi 30 menit di hadapan lima juri.
Festival ini akan menetapkan enam kategori juara dan enam kategori terbaik, yang diumumkan saat penutupan acara pada Kamis (21/11/2024).
Upaya Pelestarian Bahasa Daerah
Festival ini merupakan bagian dari langkah besar Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra melalui unit pelaksana teknis di sepuluh provinsi untuk melestarikan bahasa daerah di kalangan generasi muda.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi wadah bagi siswa SMA/SMK yang tertarik pada seni teater, tetapi juga bertujuan untuk melengkapi pembelajaran revitalisasi bahasa daerah. “Dengan menampilkan legenda dan cerita rakyat daerah, remaja diharapkan dapat terinspirasi untuk mencintai bahasa dan budaya mereka sendiri,” ujar Balok.
Melalui kompetisi ini, semangat membangun kebersamaan dan persaingan sehat di kalangan siswa terus didorong. Upaya pelestarian bahasa daerah yang selama ini menjadi perhatian Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa diharapkan semakin menggema di seluruh lapisan masyarakat.
Acara ini menjadi bukti nyata bahwa pelestarian bahasa daerah tidak hanya sekadar jargon, tetapi diwujudkan melalui aksi konkret yang melibatkan berbagai pihak dan kalangan, terutama generasi muda. (Aye/sg).
Baca Juga : Gaes !!! Membangun Minat Baca: Literasi sebagai Budaya, Bukan Seremonial