Malang, Suara Gong. Primbon berasal dari kata “rimbu” yang berarti simpanan dari bermacam-macam catatan oleh orang jawa pada zaman dahulu yang kemudian diturunkan atau disebarluaskan kepada generasi berikutnya.
Ada juga yang berpendapat nama primbon berasal dari kata “mbon” atau “mpon” dalam yang dalam bahasa Jawa berarti induk yang ditambah awalan pri untuk meluaskan kata dasar. Primbon adalah semacam perhitungan dan ramalan orang jawa.
Jadi ini seperti zodiak/ramalan bintang di luar negeri. Walaupun ada juga yang mengatakan bahwa primbon itu bukan ramalan melainkan sebuah pengetahuan jawa.
Kata “primbon” dalam kamus KBBI versi daring milik Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, sebagai kitab yang berisikan ramalan (perhitungan hari baik, hari nahas).
Bisa pula, buku yang menghimpun berbagai pengetahuan kejawaan, berisi rumus ilmu gaib (rajah, mantra, doa, tafsir mimpi)”.
Secara umum, primbon merupakan sebuah gambaran mengenai baik dan buruknya sesuatu berdasarkan perhitungan Jawa, dan tanda-tanda yang menyertainya.
Mengutip Wikipedia, primbon merupakan warisan leluhur Jawa, yang berorientasi pada relasi antara kehidupan manusia dan alam semesta.
Catatan yang memuat pengetahuan penting kemudian dikumpulkan menjadi sebuah buku primbon yang menjadi rujukan orang-orang dari Suku Jawa, sejak zaman dahulu.
Pada akhirnya semua hasil pekerjaan tentunya diserahkan kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa, manusia hanya bisa berusaha dan berdoa.
Salah satu perhitungannya melalui weton. Weton diartikan sebagai hari lahir seseorang dengan pasaran Jawanya, yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.
Sistem bilangan yang pelik untuk menghitung hari mujur untuk mengadakan astrologi atau horoskop Jawa, adalah peninggalan dari nenek moyang kita dimasa lalu dan perlu dilestraikan eksistensinya.
Astrologi atau horoskop Jawa, ini merupakan bagian dari budaya masyarakat Jawa. Perhitungan dalam primbon menggunakan kalender Jawa, yang menggunakan perhitungan peredaran Bulan.
Mulai dari hari, pasaran, bulan, dan tahun memiliki perhitungan sendiri, mengidentifikasi kejadian atau hal-hal yang mungkin terjadi esok hari atau kemudian hari.
Seandainya dalam primbon disebutkan akan terjadi hal buruk maka dijadikan alat kita untuk selalu waspada dan hati-hati. Namun, bila dalam perhitungan primbon ada indikasi tentang hal baik, tentunya ini akan memberikan semangat dan motivasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Primbon ini digunakan sebagai arahan dalam rangka mencari keselamatan dan kesejahteraan lahir batin dalam menentukan sikap dalam suatu tindakan dalam kehidupan.
Meski lebih dikenal di kalangan masyarakat Jawa, Bali, dan Lombok, namun primbon juga bisa ditemukan di kebudayaan suku bangsa Nusantara lain.
Di Pulau Kalimantan, pernah ditemukan adanya tradisi perhitungan waktu primbon di kalangan masyarakat penganut agama Islam di Banjar. (ind/eko)